Lihat ke Halaman Asli

SISKA ARTATI

TERVERIFIKASI

Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

[RTC]: Ku Yakin Kau Kuat, Lin

Diperbarui: 31 Januari 2021   11:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis surat untuk sahabat (ilustrasi gambar: orward.com)

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.

Di akhir bulan Januari duaribu duapuluh satu, izinkan aku menyapamu, Lin. Duhai, apa kabarmu? Maafkan sahabatmu ini, yang baru sempat berbalas setelah hampir sebulan berlalu.

Lin, aku jadi kangen bercengkerama denganmu. Seperti dulu. Di teras rumahmu, peraduan mungilmu, atau teras belakang rumahku yang menghadap ke sawah, menikmati semilir angin sambil menikmati rujak buah olahan kita. Tertawa, ngrumpi asyik. Ah, nostalgia remaja kita takpernah sirna, Lin.
Oi, sudah berapa kala, ya, kita takjumpa? Semoga kau masih setia membaca kiriman suratku, Lin.

Ya, maaf, say. Sejak merantau dan berkeluarga, aku jarang mudik ke kampung kita. Rumah yang dulu kami tinggali, telah lama berpindah pemilik sejak Ibu menjualnya dan tinggal bersama kakakku di lain kota. Kautahu itu, kan?
Karena itulah, aku lebih sering mudik ke kota mertua atau kakakku. Maaf, jika taksempat mampir ke kampung kita. Kabar terakhir yang kuterima dari kakakmu, desamu luluh lantak oleh angin besar. Puting beliung memporak-porandakan hampir seluruh rumah warga dan sekitarnya. Termasuk dirimu dan keluarga, ya, Lin.

Innalillaahi wa inna illayhiiraajiiun.

Doa terbaik kupanjatkan buat kau, Lin.
Aku takbisa menahan derai airmata, saat Kak Nur menceritakan kronologi kejadian yang menimpamu disana. Ya, andai saja kau ada disini bersama kami dalam perantauan, mungkin saja harapan terhindar musibah melintas dalam benak.
Qadarullah, Lin. Allah Maha Pengatur segala isi semesta. Kita takbisa menghindarinya.

Alhamdulillaah kau selamat, sayang. Meski sempat tertimpa reruntuhan rumah sendiri, sungguh, dengan bertahan dua hari di bawah sana sampai pertolongan datang, adalah mukjizat Allah yang hadir untuk meneruskan hidupmu. Aku pun belum tentu sanggup sepertimu, Lin.
Turut berduka atas berpulangnya Hani, gadis mungil yang selalu menghibur hati. Kita relakan dirinya menjadi cahaya surga untukmu dan Mas Zid kelak bertemu dengannya.

Boleh saja kau berduka dan menangisi kepergiannya, Lin. Tapi jangan sampai kau menyalahkan Allah atas kejadian dan keadaan. Kuyakin kaukuat, Lin. Harap dan asa agar kakimu segera pulih kembali. Allah tak mengizinkan penyangga tubuhmu rapuh. Keduanya akan pulih sediakala. Bismillah, Lin. Percayalah! Kau terus rutin terapi, ya sayang.

Masih ingat, kah, lagu penghibur saat kita menangis bersama atas sebuah peristiwa? Kau bermusik, aku bernyanyi, dan kadang sebaliknya, kan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline