Lihat ke Halaman Asli

Gokil!!! Jalan Seru Lentera Merah, Bebas Rasa Pegal

Diperbarui: 10 Januari 2018   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok pribadi

Setelah 2 tahun aku menetap tinggal di kota Bengkulu, yaitu sebuah kota kecil yang terletak di pulau sumatera bagian timur ini, aku melihat banyak sekali tempat wisata yang belum sempat aku kunjungi. Baik itu di dalam kota maupun di pinggirin kota. 

Pada Oktober lalu akhirnya aku melakukan perjalanan ke tempat yang aku penasaran, karena beberapa teman yang telah bercerita antusias, sangat terkesan terutama dengan keberadaannya yang terletak jauh dari pusat kota. Kalau dilihat dari berbagai foto yang tersebar, tempat wisata ini wah indahnya bukan kepalang. 

Tempat tersebut namanya Lentera merah. Lentera merah ini terletak sangat berdekatan dengan pelabuhan pulau Baai. Lentera Merah ini bisa kita bayangkan seperti menara yang terletak di tengah lautan luas. Yah, terbayang kan betapa indahnya kita bisa melihat lautan yang luas dengan pemandangan kapal-kapal yang begitu indah di atas Lentera merah tersebut. Maka dengan seorang temanku, kami berangkat menuju tempat tersebut sekitar pukul 09.00Am WIB dari tempat kami tinggal. Setelah 20 menit tersendat dijalanan akibat tersesat tak tahu jalan. Kami menjelajah satu persatu gang yang ingin ditujui, ya kalo dihitung-hitung hampir satu jam menghabsikan waktu diperjalanan. Kami menemukan gang tersebut, ternyata oh ternyata jalannya bukan aspal, tanah ataupun koral, tapi jalannya penuh dengan pasir. Sebelah kanannya di himpit oleh lautan dan sebelah kirinya oleh muara, jalan tersebut hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki atau kira-kira hanya sepenggal jari. Mau tidak mau harus jalan kaki untuk bisa sampai ke lokasi tersebut. Jarak yang ditempuh sekitar 4 KM, duh mulai membayangkan betapa jauhnya perjalanan ini. Beruntungnya, kami membawa "geliga krim", karena dari hari sebelumnya memang telah dipersiapkan untuk mengantisipasi keadaan perjalanan jauh tersebut. Mengapa meski geliga krim? karena geliga krim telah terbukti pada saat aku kelelahan karena pegal-pegal bisa membuat kembali segar dan kuat. Jadi, itulah sebabnya kami membawa geliga krim pada traveling kali ini agar mengantisipasi keram ataupun pegal-pegal ketika di perjalanan. 

Sebelum memulai langkah pertama, kami mengoleskan geliga krim di bagian betis, karena disaat kita berjalan kaki bagian yang paling terasa pegal yaitu betis. Menikmati perjalanan dengan pemandangan yang begitu indah, lautan yang sepoi-sepoi dengan muara yang begitu indah di mata. Serunya !!! selama di perjalanan, kami sama sekali tak ada berhenti terus melaju begitu bahagianya, lelah mah pasti tapi pegalnya tak terasa. Efek kehangatan dari geliga krim yang kami oleskan sebelum melakukan perjalanan tadi, hingga sampai ke tempat tersebut hangatnya masih begitu segar. Benar-benar teruji khasiat geliga krim perjalanan 4 KM pun tak terasa pegalnya. Wawww, sekitar jarak 2 KM puncak lentera merah mulai kelihatan. Rasanya kepengen sampai aja. Dengan menikmati kesejukan alamnya perjalanan kami pun tak terasa, lelah letih semua pun hilang. 

img-20180108-171118-5a55d9e4cf01b40b65326dd2.jpg

Tibalah di Lentera merah, namun bukan di puncaknya masih di kawasan pemancingan ikan kira-kira 1 Km lagi untuk sampai dipuncaknya. Jalan yang kami tempuh sekarang bukanlah pasir lagi namun, bebatuan yg besar dan alhasil lompat sana lompat sini. Dipikiranku pastilah betis ini akan terasa pegalnya, mungkin tadi hanya menempuh jalan lurus saja, tanpa ada tebing maupun turunan. Nah, kalau sekarang bukan lagi jalan lurus, tetapi bebatuan besar yang harus dilalui dengan lompatan. Bukan hanya satu lompatan, namun ya tak terhitung lagi. Batu-batuan tersebut menghiasi pinggiran lentera merah dan dari batuan inilah masyarakat menyalurkan ide kreativitasnya untuk membuat jalanan menuju lentera merah tersebut. Bebatuan ini dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat pemancingan. Ada kapal-kapal kecil yang juga dimanfaatkan nelayan untuk kita yang mau berlayar mengelilingi Lentera merah tersebut. Setiap putarannya akan dikenakan biaya sebesar Rp25.000. jadi, selain tempat wisata juga sebagai tempat mencari nafkah bagi masyarakat setempat.

1470580214221-5a55d9a65e137309a556bf02.jpg

Yah, akhirnya sampai. Untuk mencapai puncaknya kita harus melewati anak tangga yang ada didalam menara tersebut. Oh my god, lebih dari apa rasanya ketika didalam menara tersebut, terjangan ombak yang begitu kencang dan hembusan angin laut yang begitu dahsyat membuat saya spot jantung. Berasa gempa diatas puncak, ya kira-kira begitulah. Menara tersebut sepertinya akan roboh, aku membayangkan jikalau roboh hanya ada 2 kemungkinan, kalau bukan ke laut pasti ke batuan besar itu. Ternyata eh ternyata hanya perasaan takut yang menghantui. Itu hanyalah perasaan takut saja, sebenarnya menara itu tidak sama sekali bergerak, hanya saja angin yang begitu kencang dan terjangan ombak yang membuat seperti adanya gempa. Pada saat melangkah ke bagian anak tangga terakhir, hmmmm campur aduk rasanya. Apakah berhenti sampai disini atau harus sampai ke puncak, perjuangan sampai puncak hanya sebatas satu anak tangga lagi. Namun, belum sampai puncak kaki udah pada gemetaran. Aku memberanikan diri untuk melangkah ke puncak menara demi melihat keindahan lautan yang luas dan tentunya untuk mengambil spot photo yang terbagus lah. Tetapi, tak banyak jeprat-jepret yang kami ambil, dikarenakan kaki ini udah menggeletek ketakutan. Di puncak menara hanya sekitar 10 menitan sedangkan di perjalanannya menghabiskan waktu yang berjam-jam. Begitulah seorang Traveller rela menghabiskan waktunya demi sebuah keindahan alam semesta ini. Akhirnya, kami melangkah untuk turun ke kaki menara. Namun, sebelum turun kami mengoleskan kembali geliga krim tadi, supaya dengan kondisi ketakutan kaki ini tidak terjadi hal yang tak diinginkan. Ketika menurun waktu yang dibutuhkan lebih cepat dibandingkan pada saat menaikki nya. 

1470580269419-5a55da40bde57516c609b6a2.jpg

Yah, kami sudah sampai dibawah dengan perasaan takut yang masih menghantui, kami pun beristirahat sejenak di bebatuan yang besar itu sambil menikmati keindahan pinggiran lautnya. Matahari telah bergerak ke arah Barat, hari telah menunjukkan pukul 16.00WIB. kami langsung bergegas untuk pulang, ku ambil perlengkapan ku dan melangkah untuk pulang. Jalanan yang kami tempuh masih sama, melompati bebatuan besar dan melewati jalanan pasiran. Efek kehangatan dari geliga krim kami belum mengoleskannya kembali. Menikmati perjalanan yang penuh dengan keindahan, membuat kami tak terasa sudah melewati setengah perjalanan. Kami memilih berhenti sejenakm sambil mengoleskan kembali geliga krim nya. Biasanya aku menggunakan geliga krim pada saat kelelahan maupun pada saat kembung. Sejak aku mudah sekali kelelahan aku tak berhenti menggunakan geliga krim ini, dari pada minum obat ya mendingan di olesin geliga krim. Kehangatannya yang membuat kita segar kembali dan aromanya yang begitu khas, mengharuskan aku selalu siap sedia geliga krim ini. Ya begitulah aku bercerita singkat pada temanku sambil beristirahat sejenak mengisi kekosongan. 

img-20180108-174742-1-5a5355cfcf01b4058f5159d4.jpg

kami melangkah kembali untuk melanjutkan perjalanan yang masih cukup jauh. Keindahan alamnya benar-benar membuat kita bersyukur bisa melihat indahnya alam semesta ini. Dengan waktu yang singkat pun tak terasa kami telah sampai kembali di parkiran motor tempat kedatangan awal tadinya. Benar-benar tak terasa waktu yang dilalui. Perjalanan yang berjarak 4 Km dilalui dengan bebas rasa pegal dan lelah pun hilang ketika menikmati keindahan alamnya. So excited, wait for next trip !!! Jangan lupa selalu sedia geliga krim disetiap traveling anda, solusi sehat perjalanan hebat ........



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline