Lihat ke Halaman Asli

Kontradiktif "Kucumbu Tubuh Indahku"

Diperbarui: 20 Oktober 2020   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: mydirtsheet.com

Siapa yang gemar menonton sebuah film? apalagi ditengah kebosanan menghadapi pandemi seperti saat ini.

Film merupakan salah satu bentuk media dalam berkomunikasi  untuk menyampaikan sebuah pesan kepada khalayak dengan audio visual sebagai penerapannya  (Effendy, 1986: 134). Pesan yang disampaikan atau terkandung dalam sebuah film dapat mencakup berbagai konteks, seperti hiburan, pendidikan, kritik, informasi dan lain-lain.

Sifatnya yang audio visual, menjadikan film sebagai media komunikasi yang manjur terhadap khalayak luas, bahkan penonton dapat terpengaruh pada sebuah film yang ditonton, seakan masuk serta hadir menembus ruang dan waktu larut dalam alur cerita.

Realitas sosial di lingkungan sekitar  bisa juga digambarkan pada sebuah film, sehingga unsur budaya masyarakat kerap kali hadir dalam sebuah alur film sebagai cermin akan pesan moral.

Berbicara mengenai film, realitas sosial serta unsur budaya, ‘Kucumbu Tubuh Indahku’ tampaknya film yang tepat menggambarkan akan ketiga hal tersebut.

Film ini dirilis pada tahun 2018 lalu dengan Garin Nugroho sebagai sutradaranya. Diperankan oleh Muhammad Khan sebagai Juno, raditya Evandra sebagai Juno kecil, Randy Pangalila sebagai petinju, Rianto sebagai penari dan masih banyak lagi.

Kucumbu Tubuh Indahku sukses membawa nama Indonesia di kancah internasaional melalui ajang Venice Independent Film Critic, Festival Des 3 Continents, dan Asia Pasific Screen Awards dengan memenangkan ketiga ajang film internasional tersebut.

Meski banyak mendapat penghargaan baik dari ajang internasional maupun dalam negeri, nyatanya film Kucumbu Tubuh Indahku justru mendapat banyak pertentangan hingga penolakan dari masyarakat, alasannya film tersebut mengandung unsur Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) yang bertentangan dengan kepribadian serta moral masyarakat Indonesia.

Memenangkan berbagai penghargaan namun mendapat penolakan, menarik untuk diulas lebih dalam mengenai film Kucumbu Tubuh Indahku dengan menggunakan perspektif Strukturalisme.

Strukturalisme merupakan metode teoritis teks sastra, yang menekankan pada hubungan menyeluruh antara berbagai unsur teks. Teks sastra terdiri dari bagian-bagian berikut: konsepsi, tema, pesan, latar, karakter dan ciri, peristiwa plot dan gaya bahasa  (Taum, 1997: 38)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline