Lihat ke Halaman Asli

Sholihatul Mardliyah

Kesuksesan bisa datang darimana saja

Jiwa akan Selalu Bertaluh Meskipun Raga Tak Lagi Bertemu

Diperbarui: 1 November 2021   19:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Santri puntri Al-Hikmah Al-Fathimiyyah Malang (Dokpri)

Perpisahan memang tidak asing lagi ditelinga para pembaca bukan? Pepatah mengungkapkan setiap ada pertemuan pasti akan ada kata perpisahan, setelah menerima akan manisnya sebuah pertemuan maka harus menerima akan pahitnya sebuah perpisaha .

Nah kata perpisahan kali ini akan kita sinonimkan dengan kata boyongan. Dimana boyongan ini identik dengan dunia pesantren, Awal mula pertemuan yang tak pernah disangkan kenapa bisa disini, rasa yang entah tidak tau campur aduk takut dan bingung. Aku harus berteman dengan siapa?, Kenapa aku ada disini? Pertanyaan seperti itu pasti akan muncul oleh sebagian santri yang memulai tahun pertamanya dengan mondok di pesantren. 

Tidak ada yang salah kenapa dan mengapa para santri berada di pondok saat ini, tapi kunci dan jawabanya hanya satu, orangtua mereka ingin anaknya aman akan kejamnya dunia luar, panas dan dinginya dunia bebas, kenakalan remaja serta sexs bebas. 

Tahun pertama memang berat untuk dijalani, harus mengenal dan adaptasi dengan tempat baru belum lagi nanti akan bertemu dengan teman-teman yang memiliki karakter berbeda. Tapi disitu mereka dapat belajar bagaimana kerasnya kehidupan yang kelak akan selalu melekat padanya, mondok adalah replika dari kehidupan kedepanya.

Menginjak di tahun kedua dan ketiga terjadi berbagai interaksi mulai saling mengenal bertukar pikiran, bahkan sampai dianggap sebagai kakak sendiri, begitulah proses hidup yang sebenarnya, terjadi beberapa fase yang memang tidak terduga dan tidak dapat diduga akan tetapi dapat diprediksikan kejadiannya akan seperti apa. 

Setelah mengenal barulah mereka semua bisa bekerjasama dengan baik, solid untuk mencapai tujuan bersama, melakukan pengabdian adalah yang terutama, bersama-sama ta'dzim terhadap Ibu dan Abah Yai serta para Ustadz dan Ustadzah. 

Pengabdian memang seakan terasa berat, akan tetapi jika tim kita selalu mendukung dan melakukan kerjasama dengan baik, pengabdian akan ringan dan tak akan terasa hingga perpisahan yang akan memutuskan raga mereka.

Adanya pertemuan itu adalah hal yang biasa bagi setiap manusia, tapi proses untuk saling mengenal dan mempertahankan adalah yang terutama, jatuh bangun sakit perih dilalui dengan berat hati hingga nanti rasa tersebut digantikan dengan rasa kasih dan sayang hingga mereka semua lekang akan kata perpisahan. Terimakasih karena telah bersedia menjadi media untuk mengartikan makna hidup dan sebagai sarana untuk mendewasakan diri




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline