Lihat ke Halaman Asli

Sepasang Pengecut

Diperbarui: 30 Maret 2021   06:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku membutuhkanmu untuk belajar menahan rasa, sedangkan dirimu membutuhkanku untuk menemanimu yang tak ada rasa.

Seringkali aku menawarkan bahu ini untuk menjadi tempatmu bersandar. Begitupun dengan dirimu yang selalu menjadikanku sebagai orang yang paling sabar, untuk mendengarkan semua keresahanmu tentang hubunganmu dengan seseorang yang bukan aku.

Aku yang tidak pernah absen untuk selalu berada disampingmu saat dirimu membutuhkanku. Lagi dan lagi harus melihatmu tersedu menahan pilu dan hanya bisa membisu diam tanpa kata. Akupun ikut membisu, berpura-pura membela dia yang hanya menyayangimu dengan palsu.

Aku yang selalu bisa hadir disampingmu tak pernah mempunyai kesempatan untuk memiliki. Dirimu yang selalu membutuhkanku dan selalu berada di sampingku meski tak benar-benar di sampingku. Aku selalu bertanya-tanya adakah yang bisa untuk disalahkan dalam situasi seperti ini.

Dirimu selalu saja bisa memainkan peran dalam sebuah drama yang tentu saja di buat oleh dirimu sendiri. Melakoni lakon yang seolah-olah dirimu sebagai korbannya. Padahal dirimulah sutradaranya, memainkan peran dua orang pria yang saling menerima kekecewaan atas sebuah sikap yang dirimu lakonkan.

Tak bisakah dirimu sadar. Bahwa yang sekarang sedang dirimu lakukan hanya sebuah rekayasa dari kesepianmu, yang menjadikanmu sebagai orang yang dipermainkan oleh dirimu sendiri.

Aku yang selalu hadir disampingmu dan mengikuti semua permainanmu. Dirimu yang menjadi inginku namun inginmu adalah bukan aku.

Bolehkah aku mencoba memutuskan untuk pergi?

Aku hanya ingin tahu bagaimana rasanya menyerah. Aku ingin tahu apa yang dirimu rasakan saat aku pergi menjauh darimu.

Karena sebenarnya yang kuperjuangkan selama ini adalah orang yang selama ini pula mempermainkan kesempatan sebagai upaya melukaiku dengan tidak secara langsung.

Saat bersamamu aku selalu dituntut untuk bersikap biasa-biasa saja, sedangkan dalam isi kepalaku terjadi perdebatan yang sangat hebat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline