Lihat ke Halaman Asli

Shifana Maulidya

Menulis untuk lebih bahagia

Masih Ada Dia untuk Bersandar dan Berkeluh

Diperbarui: 27 April 2021   22:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pukul 22.28. Menjelang tengah malam, aku yang baru saja merebah setelah beraktifitas seharian lalu teringat sesuatu. Sudah berapa purnama aku lupa untuk memberi ruang pada diriku melalui tulisan seperti biasanya? Lalu aku tersenyum pada diriku sendiri dan mulai lagi mengetik kata demi kata. Untuk diriku sendiri, atau mungkin, bagi kau juga yang tertarik membacanya.

Adakah kengkawan yang akhir-akhir ini merasa lelah dengan rutinitas? Sibuk melakukan ini itu, bahkan lupa memberi waktu pada diri sendiri untuk kembali 'sembuh' setelah melewati hari-hari yang melelahkan? Menjalani rutinitas yang sesungguhnya sangat menyita waktu dan menjadi beban? Merasa orang-orang pergi menjauh dengan kesibukan mereka (padahal kita sendiri yang justru menjauh tanpa kita sadari dan larut dalam rutinitas baru)? Pekerjaan atau tugas kuliah tiada henti yang mengalir deras bagai lelehan es? Urusan rumah tangga, anak-anak, pasangan, bahkan pendapat orang lain tentang hidup kita yang nyaris tak bisa dikendalikan?

Baiklah. Mari kita bayangkan sejenak. Jangan mengelak. Pasti kita semua mengalami salah satu atau mungkin sebagian besar dari hal yang aku sebutkan. Lelah, bingung, bahkan menangis, lalu, apa? Bukankah kita semua tau bahwa semua hal itu adalah liku hidup yang harus tetap dijalani? Bukankah hanya diri sendiri yang bisa diandalkan untuk mengurai benang kusutnya satu persatu? Semua tergantung kepada pilihan kita: Tetap Tengadah atau Kalah.

Oke. Lalu, apa strategi kita untuk pulih? Apa yang kita lakukan untuk secepatnya bisa sembuh? Tiap-tiap individu adalah unik. Resah gelisah yang dirasa oleh tiap jiwa, punya cara masing-masing untuk menemukan sembuhnya. Kemudian, apa yang seringkali jadi masalah?

Aku. Menjelang tengah malam tadi, pulang dari segudang pekerjaan sejak pagi, bersepeda motor 124km dalam sehari, dan dilanjutkan dengan menyempatkan diri bertemu kawan-kawan yang menjadi support system. Karena aku menyadari, selain sembuh adalah datang dari dalam diri, orang-orang yang tepat juga menjadi salah satu bagian penting dalam upaya tetap waras dan bahagia. Pulang, mandi air hangat, merasakan nikmatnya tubuh yang lelah menjadi sedikit rileks. Merebahkan diri, mendengarkan lagu kesukaan sambil menulis ini semua.

Lalu entah mengapa, aku percaya dan yakin semua akan baik saja dan berjalan sesuai dengan waktunya. Karena masih ada Dia yang selalu memberikan tenang pada hambaNya. Meski kerap membiarkan hambaNya larut dalam lelah dan gundah, tapi pada akhirnya, pelukanNya yang hadir dalam doa lah yang selalu jadi pengobat resah dan gelisah yang bersemayam sekian lama.

Kamu? Apa yang jadi penyembuhmu? Masih menanti cahaya tenang-Nya? :)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline