Lihat ke Halaman Asli

Sharfina

TERVERIFIKASI

Content Writer

Menelusuri Sisi Anti-Kolonialisme di Museum Multatuli

Diperbarui: 3 Oktober 2018   13:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Museum Multatuli diresmikan pada 11 Februari 2018

Berbicara mengenai kota Rangkasbitung yang berada di Banten, pasti untuk sebagian orang akan memandang sebelah mata dan beranggapan bahwa di kota tersebut tidak ada sesuatu yang menarik untuk dikunjungi.  

Kalau kamu masih beranggapan demikian, kamu salah besar, guys. Justru sebaliknya, selain menawarkan objek wisata alam dengan panorama pantai serta air terjunnya yang indah nan memanjakan mata, di kota tersebut juga terdapat sebuah objek wisata edukatif, yaitu Museum Multatuli.

Museum Multatuli merupakan objek wisata edukatif yang berada di Jalan Alun-alun Timur No. 8 Rangkasbitung, Kabupaten Lebak. Untuk menuju ke sana, tentu tidaklah sulit. 

Belum lama ini tepatnya hari Sabtu, 22 September 2018, saya bersama adik saya mengunjungi Museum Multatuli dari stasiun Jurangmangu dan kami menunggu di peron 2. Kami berangkat pukul 12.20 siang dan saat itu kereta sangat penuh, sehingga kami berdiri selama 1,5 jam. 

Peron 2 di Statiun Jurangmangu yang membawa kami ke Rangkasbitung

Berdiri selama 1,5 jam membuat kaki kami pegal, beruntung selama perjalanan, kami berdiri di dekat pintu kereta sehingga kami masih bisa melihat pemandangan sawah dan juga sungai. Ketika tiba di Rangkasbitung, kami pun mencari angkot, awalnya kami bingung karena tidak ada angkot untuk jurusan ke Museum, untungnya angkot yang kami tumpangi mau mengantarkan kami bersama para penumpang lainnya ke tujuan mereka masing-masing (baca: nyarter angkot dadakan).

Bagian depan Museum Multatuli

Tak butuh waktu lama, perjalanan selama 5 menit, akhirnya kami tiba di depan Museum Multatuli. Museum Multatuli sendiri merupakan bekas kantor dan kediaman Wedana Lebak yang dibagun pada tahun 1920-an dan baru diresmikan pada tanggal 11 Februari 2018.

Letak Perpustakaan Saidjah Adinda yang berada di samping Museum Multatuli

Pendopo Museum Multatuli

Museum Multatuli berdiri berdampingan dengan Perpustakaan Saidjah Adinda.  Jadi, jangan heran ketika ke sana, kamu akan menemukan perpustakaan tersebut lalu disusul dengan Museum Multatuli yang berada di dalam sebuah pendopo yang cukup luas dengan tiang-tiang yang panjang. Selain itu, di dekat halaman Museum tepatnya pintu masuk, kamu akan menemukan patung Multatuli yang sedang membaca buku. 

Patung Multatuli dan Adinda karya Dolorasa Sinaga

Sejarah anti koloniasme itu pun dimulai saat memasuki Museum Multatuli

Sebelum memasuki Museum, saya dan adik saya mengisi buku kunjungan terlebih dahulu. Ketika kami mulai memasuki museum, saya melihat sepenggal kalimat "Tugas Manusia Adalah Memanusiakan Manusia", lalu di samping kalimat tersebut terpampang wajah Multatuli yang tak lain merupakan nama pena Eduard Douwes Dekker yang merupakan penulis Max Havelaar.

Patung Multatuli yang berada di dekat pintu masuk

Berhubung hari sabtu siang itu sepi, kami pun menjelajahi setiap bagian ruangan dengan santai. Meskipun bangunan museum ini sangat kecil dari luar, namun tata letaknya mampu dibagi menjadi 7 ruangan dan 4 segmen. Di ruangan ini juga, kamu akan melihat kata-kata inspiratif dari Multatuli yang ditampilkan melalui slide. .

Selanjutnya, di ruangan kedua terdapat mini teater yang menceritakan masuknya sejarah kolonialisme ke Indonesia dan bagaimana penerapan tanam paksa digambarkan melalui audio visual berbentuk gambaran animasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline