Lihat ke Halaman Asli

Terperangkap dalam Kesendirian: Eksplorasi tentang Kamar Pingitan

Diperbarui: 20 Desember 2023   07:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia sebagai ikon keberagaman tak akan pernah luput dari istilah adat istiadat dan tradisi, adat sebagai perwujudan kebudayaan masyarakat telah mengatur segala tingkah laku, perbuatan dan aturan bertindak secara turun-temurun, dan hal tersebut masih terjaga hingga sekarang.Tradisi sudah menjadi sebuah identitas bangsa yang kaya akan kebudayaan, Indonesia dengan ribuan sukunya memiliki pakem tradisinya masing-masing, namun tidak menutup kemungkinan kesamaan nasib dan latar belakang bangsa melahirkan sebuah keserupaan antar tradisi. Salah satu tradisi yang sudah ada di Indonesia sejak jaman dahulu yaitu pingitan. 

TRADISI PINGITAN PADA JAMAN DAHULU 

Tradisi pingitan merupakan tradisi mengurung atau menyembunyikan anak perempuan yang menginjak dewasa pada suatu ruang khusus. Kebanyakan pada perempuan yang  berusia 10-12 tahun. Seperti yang terjadi pada Siti Walidah, seorang pejuang pendidikan wanita yang merupakan tokoh Muhammadiyah, tumbuh kembangnya dikungkung batas tembok kamar pingitan, hidupnya pun hanya berkutat di sekeliling keraton Kauman. Siti Walidah tak pernah menyentuh pendidikan formal, bahkan seberapa ingin pun dia, pendidikan formal bagi perempuan dieranya dianggap hal yang tabu, terlebih pendidikan tersebut diselenggarakan oleh Belanda, dianggap haram pada zamannya. 

TRADISI PINGITAN PADA JAMAN SEKARANG 

Seiring berkembangnya zaman, tradisi kamar pingitan memudar eksistensinya, tak hilang sepenuhnya, karena bagi beberapa masyarakat Jawa tradisi ini masih diterapkan sebagai rangkaian adat istiadat pernikahan, namun dengan gubahan, seperti waktu memingit yang sangat singkat, tidak sampai satu minggu, hal ini dilakukan untuk pengefektifan waktu. Beberapa tradisi pingitan yang masih ada pada jaman sekarang : 

1. Tradisi Dipiare di Betawi

Sebuah tradisi menjaga calon none mantu dengan memelihara kecantikan dan kesehatan fisik dan mentalnya menjelang pernikahan, terkadang juga disertai program diet untuk mengatur pola makan dan menjaga tubuh sang calon none mantu.

2. Tradisi Karia di Muna

Tradisi Karia merupakan tradisi menuju kedewaasaan bagi remaja perempuan Muna, Karia dianggap sebagai metode pembersihan diri dan pendidikan karakter bagi remaja perempuan yang akan masuk fase dewasa. Mereka akan di pingit didalam sebuah ruangan yang diberi nama Kagombo, yang difilosofiskan sebagai Rahim ibu.

TUJUAN TRADISI PINGITAN

 Tradisi pingitan ini dilakukan karena memiliki beberapa tujuan yang menurut masyarakat tradisi ini baik untuk anak-anak perempuan, tujuan dari tradisi pingitan yakni :  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline