Lihat ke Halaman Asli

Tidak Usah Cemas

Diperbarui: 5 Januari 2024   00:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Tidak Usah Cemas

Menggapai Harapan-117

@Cerber

"Nak, Ridwan bangun Nak, lihat Bapakmu lagi sakit tadi jatuh saat pulang dari sawah," ucap ibunya cemas.

Mendengar bapaknya sakit., sontak dia beranjak dari kamarnya.
"Bu, bapak mana? tanya Ridwan sembari berlari menghampiri bapaknya.
"Bapak, mana yang sakit ayo kita berobat? tanya Ridwan cemas. Dia tidak ingin terjadi sesuatu kepada bapaknya.


Dia pulang untuk menyampaikan kabar gembira bahwa dia akan menikah.
"Nak Ridwan, kamu sudah datang Nak bapak hanya sedikit sakit. Tidak usah cemas," ucap Bapak Ridwan.

Di desa mereka ada seorang tukang urut yang pintar, Ibu meminta Ridwan memanggilnya.
"Ayo Nak, Ridon nama  bapak tukang urut itu. Penduduk desa sudah kenal semua kepadanya," tutur Ibu  Ridwan.
Gegas Ridwan memanggil Pak Ridon.

Senja sebentar lagi akan menyurut ke peraduannya. Jalan mulai gelap, belum ada lampu penerang. Ridwan harus segera menemui Pak Ridon.

Di tengah jalan seorang ibu paruh baya bertanya kepada Ridwan.
"Nak, kenapa jalannya tergesa-gesa ada apa gerangan?  tanya ibu paruh baya heran.

"Maaf Bu, saya mau ke rumah Pak Ridon, tsdi Bapak jatuh saat pulang dari sawah," tutur Ridwan lirih.

"Oh, cari Pak Ridon. Itu  rumanhnya yang cat biru," balas ibu paruh baya.
"Baik, Bu terima kasih."
Ridwan berlari menuju rumah yang berwarba biru.
"Permisi Pak," ucap Ridwan sembari mengetuk pintu.
Terdengar langkah kaki menghamiri pintu.
Saat pintu terbuka Ridwan langsung minta tolong untuk mengobati bapaknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline