Lihat ke Halaman Asli

Sayyidah Nuriyah

Konselor sekolah yang hobi menulis

Cerca Adiksi

Diperbarui: 23 Oktober 2021   23:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Akara rekah kisahku, kekasih
bercelak buatku muak
mengoyak selaksa cerlang kepedihan
tumbuh bangkitkan jejak candala
meski tlah kutelungkupkan wajah
dalam jemari sunyi sendiri

Dengarkah kau, kekasih
riuh cerca siaran rapor merahku pagi-pagi
kepada ayah-ibuku guru kali pertama sebarkan
kepada ikatan sosialita karibnya ibu kabarkan
kepada penjuru anak kampung ayah bandingkan
juga kepada kau kekasih, oh
hadirmu terkambinghitamkan

selamat datang pada dunia serba salah
keji, tak ada yang benar
selama kita masih bersua erat, kekasih
cepat mereka sematkan buta
pada cinta ku tanam dalam raga dan hadirmu
tapi mereka labeli adiksi teknologi


Maafkan mereka kekasih,
anggap seketika lupa (dan buta) riwayat jasamu
tak henti, kau satu-satunya pembimbingku
kala guru terhalang mengajar oleh pandemi
kala ayah-ibu menyerah jadi guru di rumah
juga kala mereka tak pahami betapa rumit
telaah lembar dan layar pintar mandiri

Cukup berikan senyum manis, kekasih
cukup kau penghiburanku saat ini
saat memori pair tentangku berbisik:
lihatlah muak buat kelintaran tiada pekerti
saat kelas daring merebak ku jera duduk menyimak

Mari petik hasilnya bersama, kekasih
kita lari sejenak tuk bertualang
jelajahi ruang mayamu penuh ilmu
temani aku, berkejaran dengan pelajaran yang aku banyak tertinggal.

Gresik, 23 Oktober 2021

Puisi ini saya tulis di tengah pekan penerimaan rapot sisipan, bersiap hadapi keluh-kesah siswa dan walinya, bismillah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline