Lihat ke Halaman Asli

ICMI, Sudah Minum Aqua?

Diperbarui: 10 Juni 2016   02:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: www.bintang.com

Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) meminta pemerintah untuk memblokir situs Google dan Youtube, alasannya karena dua situs tersebut dinilai sebagai penyebab berkembangnya konten pornografi dan kekerasan.

Begitu menonton berita tersebut, aku sangat kaget. Kata-kata pertama yang keluar dariku adalah “Hahahahaha,” yang kemudian disusul dengan memindahkan chanel tv. Bagaimana tidak, masyarakat kita saat ini sangat terbantu dengan arus globalisasi yang masuk dan membawa internet. Tetapi setiap arus globalisasi tentu memiliki sisi positif-negatif. Untuk mengambil sisi positif saja, tentunya tidak dilakukan dengan cara mematikan (baca: stop) arus globalisasi tersebut, tetapi dengan cara melakukan filterisasi terhadap konten negatif (porno dan kekerasan).

Saya hampir saja menuding ICMI adalah intelektual konvensional, namun saya sadar mungkin saja tidak semua orang-orang ICMI berpendapat seperti itu. Setahu saya cendikiawan adalah orang yang berpikir jangka panjang, tidak semudah bernapas melontarkan kata-kata yang menjadi sampah artifisial ke depan, seperti sekarang ini.

Analogi yang diberikan ICMI seperti ketika menemukan polisi yang korup, maka institusinya harus dibubarkan. Tentu negara akan darurat kejahatan. Begitu pula dengan google dan youtube, jika diblokir, maka kita tentu akan mengalami darurat informasi, dan kembali ke zaman komunal primitif.

ICMI boleh saja memblokir dua situs tersebut, dengan syarat ‘label cendikiawan’ yang dikenakan direalisasikan dengan menciptakan suatu yang bermanfaat untuk masyarakat, layaknya google dan youtube. Jika tidak bisa, maka menjadi refleksi bagi label yang dikenakan tersebut.

Google dan youtube manfaatnya sangat begitu besar bagi masyarakat kita, bahkan manfaatnya lebih besar dari keberadaan ICMI (menurut saya). Informasi bertebaran di mana-mana. Karena besarnya manfaat tersebut, maka pemerintah mencanangkan program ‘internet masuk desa’, bukan ICMI masuk kelurahan.

Saya tidak ingin menghujat ICMI, tetapi sebagai bahan renungan untuk kita semua, bahwa popularitas dari nama organisasi, tidak perlu diangkat dengan hal-hal yang negatif. Apalagi nama tersebut berlabel sakral. Tentu pernyataan ICMI yang heboh saat ini telah mendesakralisasi label ‘cendikiawan’ yang dikenakan ICMI. Untuk itu segeralah minum Aqua, sehingga konsentrasi Anda kembali pulih.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline