Lihat ke Halaman Asli

Sari Aryanto

fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Tentang Rindu Terlarang

Diperbarui: 27 Januari 2018   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

[ Dil Roya Ki Aankh Bar Aaye* ]

Kubaca perlahan kisah  yang tercetak di lembarlembar usang bernama kenang. Coba memahami apa yang kau tuturkan semalam berselang. Aku, kau dan dua puluh tahun jarak memisahkan.

"Tumse milne ke baad maine bhi, ek sapna dekha tha!"** ucapmu dengan mata bebinar.

Prast, kesendirian mengajarkan arti seraut bayang yang setia hadir tanpa kucari, dan aku tersenyum. Adalah lelaki, pencipta air mata dan tawa, tenggelamkan dalam orgasme lukaluka, lebam, nikmat. 

Kisi pyar bahut baaz jota hai, lekin mohabbat sirf ek baar hota hai.***

Rasa itu masih dan tetap ada, Prast ... rapi tersimpan meski kepingnya terberai entah kemana. Berkali kutanyakan, di mana harus kuletakkan bilah terakhir dari puzzle kita. Dan kau? selalu melempar pada waktu yang tak sekejappun berhenti. Lalu kubisikkan pada Tuhan, bahwa tak sanggup aku melengkapi kisah ini.

Pyar bina saath rohe bhi pyar hi rahega, pyar ka matlab sirf ko pana nahi hai.****

#poeds 260118

catatan kaki : 

* hati menangis berurai air mata

** bahkan aku melihat mimpi setelah bertemu denganmu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline