Lihat ke Halaman Asli

Widodo Judarwanto

TERVERIFIKASI

Penulis Kesehatan

Perilaku Agresif pada Anak, Penyebab dan Penanganannya

Diperbarui: 28 April 2024   20:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

editing pribadi

Pada usia tertentu beberapa anak-anak tampak berperilaku agresif meningkat ketika mereka tumbuh dewasa dan melewati tahap-tahap perkembangan. Penelitian menunjukkan ledakan kemarahan biasanya mencapai puncaknya pada usia 18 hingga 24 bulan dan perlahan menurun pada usia 5 tahun. Pada tahun-tahun awal, anak-anak sering kali memukul, menggigit, menendang atau mencakar ketika mereka mencoba mengungkapkan perasaan dan belum memiliki kata-kata atau keterampilan untuk menangani emosi yang kuat dengan tenang. 

Anak-anak yang lebih besar dan remaja dapat menjadi agresif ketika mereka bergumul dengan emosi, tantangan atau perubahan di sekolah, atau untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Andalah yang paling mengenal anak Anda, dan jika Anda merasa perilaku agresif terjadi terlalu sering, terlalu parah, atau membahayakan anak Anda atau orang lain, ada baiknya Anda mencari bantuan. Apakah penyebab perilaku agresif dan bagaimanakah penanganannya ?

Perilaku agresif anak merupakan salah satu kelainan yang menimbulkan lebih banyak masalah pada tahap pertumbuhan ini, dan berdampak baik pada orang tua, guru, maupun lingkungan terdekat anak. Meskipun ledakan kemarahan biasa terjadi pada masa kanak-kanak, anak-anak ini jauh lebih sering dan serius, dan mereka tidak dapat mengendalikan emosinya dalam keadaan atau situasi apa pun. 

Jika intervensi yang memadai tidak dilakukan terhadap mereka, biasanya hal ini akan menimbulkan masalah yang lebih serius seperti kegagalan sekolah dan perilaku antisosial pada masa remaja serta patologi mental lainnya yang dapat menjadi serius di masa dewasa.

Perilaku agresif pada anak dapat muncul saat ia belajar mengelola emosi yang kuat, mengomunikasikan kebutuhannya, dan bergaul dengan orang lain. Seringkali, anak-anak bertindak agresif sebagai cara untuk mengekspresikan kemarahan atau frustrasi. Perilaku menantang datang dalam berbagai bentuk dan ukuran. 

Hal ini dapat berupa memukul, menendang atau menggigit, mencabut rambut, mendorong, atau mencaci-maki. Meskipun ledakan emosi yang agresif sering terjadi pada anak-anak, memahami kemungkinan penyebabnya dan mengetahui cara mengatasinya bisa jadi sulit. 

Tanda-tanda awal perilaku kekerasan pada anak:

Dengan meningkatnya kesadaran bahwa anak-anak dapat melakukan tindakan kekerasan, para orang tua pada umumnya disarankan untuk mewaspadai perilaku tersebut pada anak-anak mereka. Namun, tidak banyak orang tua yang mampu membedakan tindakan kekerasan yang asli dan yang palsu.Berikut adalah beberapa sinyal perilaku yang harus Anda waspadai pada anak Anda untuk memahami apakah ia mungkin menunjukkan tanda-tanda awal perilaku kekerasan.

Pada tahun 2006, Pereira mendefinisikan agresi masa kanak-kanak sebagai perilaku berulang berupa kekerasan fisik (penyerangan, pukulan, dorongan, pelemparan benda), verbal (penghinaan berulang, ancaman) atau nonverbal (gerakan mengancam, menghancurkan benda) yang ditujukan kepada orang tua, orang dewasa, atau orang lain di dalam rumah tangga. lingkungan. Terdapat  tiga jenis perilaku agresif anak:

  • Fisik, yang mencakup perilaku yang ditujukan terhadap orang (meludah, mendorong, menampar, menendang, meninju, memukul dengan suatu benda atau mengancam), dan terhadap lingkungan atau rumah keluarga (merusak, menendang, mengecat atau mencakar benda).
  • Psikologis (bisa verbal, non-verbal dan/atau emosional) yang melibatkan penghinaan, teriakan, intimidasi, tuntutan yang tidak nyata, berbohong, kabur dari rumah, mengancam akan bunuh diri, dll.
  • Ekonomi atau keuangan , yang mencakup perilaku seperti mencuri barang, menjual barang milik orang lain, berhutang yang harus dibayar orang tua, memalak atau minta uang paksa pada anak sebaya dll.

Kekerasan biasanya terjadi secara progresif, diawali dengan jenis kekerasan ekonomi, kemudian berkembang ke jenis kekerasan emosional atau psikologis, dan diakhiri dengan kekerasan fisik. Prosesnya mencapai titik di mana ketiga jenis kekerasan tersebut dapat terjadi pada waktu yang bersamaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline