Lihat ke Halaman Asli

Saifuddin Aman

Saifuddin Aman, lahir di Demak Jateng 4/11/1962. Bekerja sebagai direktur Utama Penerbit Ruhama Tangerang Banten. Banyak menulis buku-buku agama dan motivasi. Pemerhati sosial, budaya dan pendidikan. Dan sekarang memberikan pelatihan BASHIRAH TEKNOLOGI PEMBERDAYAAN DIRI, yaitu sebuah teknik masuk ke dunia metafisik, healing, akses menuju harapan, kekuatan diri dan peningkatan spiritualtas.

Waspadai Jargon Kembali ke Qur'an Hadis

Diperbarui: 2 Maret 2020   14:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita sangat senang melihat genenrasi milenial dan anak-anak muda punya ghirah (gairah)  semangat beragama Islam. Ghirah ini kemudian diformalisasikan dan diekspresikan dengan semboyan HIJRAH.

Hijrah arti sesungguhnya adalah pindah. Kalau merujuk pada hijrah Rasulullah SAW, hijrah berarti pindah dari kesempitan di Makkah menuju kebebasan dan kelonggaran di Madinah, pindah dari ketertutupan pikiran di Makkah menuju kecerdasan dan keterbukaan pikiran di Madinah, pindah dari tradisi Jahiliyah di Makkah menuju budaya hadharah kemajuan di Madinah, pindah dari permusuhan di Makkah menuju persaudaraan di Madinah, pindah dari persekusi di Makkah menuju penghormatan di Madinah, pindah dari kekafiran di Makkah menuju keimanan di Madinah.

Tapi hijrah yang dilakukan sebagian kaum millenial dan anak muda saat ini beda dengan semangat hijrah Rasulullah SAW. Yang terjadi justru sebaliknya. Mereka justru hijrah dari kemajuan kembali kepada keterbelakangan. Mereka hijrah dari budaya hadharah kemajuan  kembali ke tradisi jaman jahiliyah. 

Mereka hijrah dari keterbukaan pikiran kembali kepada kesempitan berpikir. Mereka hijrah dari kepintaran kembali kepada kebodohan. Mereka hijrah dari persaudaraan menuju pada pertengkaran. Mereka hijrah dari memantapkan keimanan orang Islam menuju kepada mengkafirkan orang Islam.

Kenapa bisa begitu?

Karena mereka ikut pengajian Wahabi dan tertipu dengan jargon ajakannya yang berbunyi KEMBALI KEPADA AL-QUR'AN DAN AL-HADITS.

Sekilas jargon tersebut sangat benar dan memang seharusnya seperti itu. Tetapi jargon tersebut digunakan oleh Wahabi untuk mencuci otak umat Islam yang mengikuti pengajiannya. Jargon tersebut digunakan oleh Wahabi untuk menciptakan faham radikalisme atas nama agama. Jargon tersebut digunakan oleh Wahabi untuk memecah belah bangsa dan menciptakan permusuhan. Jargon tersebut digunakan oleh Wahabi untuk mengkafirkan, memusyrikkan dan membid'ahkan umat Islam yang tidak mengikuti faham Wahabi.

Menurut Wahabi, kembali kepada Al-Qur'an ialah hanya membaca terjemah tekstual dan hanya itu satu-satunya kebenaran. Menurut Wahabi, Al-Qur'an tidak boleh difahami dengan melihat kontekstual, tidak boleh ada tafsir, tidak boleh ada takwil, tidak perlu Ijma', tidak perlu Kiyas, tidak perlu penjelasan ulama, tidak perlu Ilmu Fikih, tidak perlu Ilmu Usul Fikih, dan ilmu-ilmu lain. Bagi Wahabi harus ada dalil Qur'an secara tekstual/terjemah.

Menurut Wahabi, kembali kepada Al-Hadits ialah mengembalikan seluruh persoalan kehidupan, baik secara pribadi, berbngsa, bernegara, dalam bidang produk dan jasa, pikiran dan penemuan, kepada hadist Rasulullah yang satu, ialah:

Sesungguhnya sebenar-benar ucapan adalah Kitab Allah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, seburuk-buruk perkara adalah yang baru diadakan, semua yang baru diadakan adalah bid'ah, semua bid'ah adalah kesesatan, dan semua kesesatan masuk  ke dalam neraka.

Semua yang ada di hadapan kita semua ini adalah barang baru, ciptaan baru yang tidak ada di zaman Rasulullah. Misal, sekarang ini kita tidak bisa lepas dari jasa bank, dan bank tidak ada di zaman Rasulullah. Para ulama Wahabi di Arab menerima gaji, dan ditransfer lewat bank. Kita tidak bisa hindari transaksi secara online, dan onoline tidak ada di zaman Rasulullah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline