Lihat ke Halaman Asli

Saeran Samsidi

Selamat Datang di Profil Saya

Jejak Pelawak Berbahasa Ngapak

Diperbarui: 26 Februari 2018   08:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Tribunnews.com

Nglawak basa Ngapak bisa dikatakan mulai dari auditorium RRI Purwokerto tempat pentas grup wayang orang Sri-Surya. Nah, di panggung wayang orang Sri-Surya inilah pelawak bahasa Ngapak bisa menasional karena lawakannya menggunakan bahasa Indonesia yang diramu dengan bahasa Ngapak, jadi semua orang di pelosok negeri bisa memahami. Adalah, Darto Helm, nama komersialnya, pelawak kelahiran Purwokerto 17 Maret 1943 ini mengalir darah seni dari kedua orang tuanya.

Darto Helm anak kedua dari Oei Swi An alias Winoto Hardjo  pendiri Tooneel Verdeeniging  di Pasuruan Jawa Timur yang kemudian menjadi Wayang orang Sri-Surya, ibunya Surinem asal Magelang seorang pesinden dan penari di Sri-Surya. WO Sri-Surya ini pentas dari tobong ke tobong, dari pasar malam ke pasar malam di berbagai daerah dan akhirnya terdampar dan menetap di Purwokerto sampai bubar pada tahun 1971.

Selepas SMA, Darto sekolah lawak tatkala didapuk jadi Bagong ketika pentas di wayang wong Sri-Surya milik orang tuanya di auditorium RRI Purwokerto. Maklum bentuk fisik bulet pendek mirip Bagong. Untuk jadi satria bambangan macam Arjuna ya tak pantas, karakter Bagonglah yang menempa ia jadi pelawak.

Bukan saja melawak, anak muda ini pun pintar menari dan menyanyi dan sempat menjadi vokalis band Bumulung di kota kripik kota kelahirannya. Lagu yang pernah diciptakannya adalah "Mandi Madu" (dipopulerkan oleh Elvy Sukaesih) dan "Judi" (dinyanyikan oleh Rhoma Irama). Juga lagu berjudul "Nasib Sopir" yang ia nyanyikan sendiri.

Antara tahun 50-an sampai tahun 65-an lah WO Sri-Surya mengalami kejayaan. Ketika itu bioskop Elita di depan RRI sempat tutup karena saat itu Bung Karno lagi melarang budaya ngak ngik ngok termasuk film barat untuk diputar di bioskop-bioskop di tanah air. Termasuk Elita itu, akibatnya  WO Sri-Surya kerap full house. Sampai-sampai kursi gedung bioskop disewakan ke Sri-Surya.

Ketika ayahnya meningal pada 8 Juni 1965, Sri Surya mulai surut, akhirnya ditutup pada tahun 1971 dan Sudarto merantau ke Jakarta untuk mencari keberuntungan. 

Di Jakartalah Sudarto, Bagong dari wayang orang Sri-Surya ini mulai merintis kariernya sebagai pelawak yang menggunakan bahasa Ngapak. Pada awal  mengadu nasib di Jakarta, Sudarto justru sempat terdampar di grup Ketoprak Adiluhung, lalu bergabung dalam drama komedi televisi Kwartet ANDA singkatan dari Atmonadi, Nety Herwati, Darto dan Asfal Fuad.

Punya latar belakang vokalis band, Sudarto yang belum dikenal dengan nama Darto Helm bertemu dengan seniornya yang sama-sama berasal dari Tlatah Penginyongan, S. Bagyo dari Purwokerto dan Diran dari Cilacap lalu direkrut ke dalam grup komedi Bagyo Cs yang juga diperkuat oleh Sol Soleh dari Bandung.

Nama komersial Darto Helm lahir ketika grup Bagyo Cs. pentas dengan tema helm. Saat itu, sedang lagi ramai  pro-kontra masalah pemakaian helm yang merupakan kebijakan Pak  Hugeng sebagai Kapolri. 

Saat Darto naik panggung, Bagyo menegurnya karena tidak sopan mengenakan helm, padahal Darto tidak mengenakan helm. Setelah Bagyo memegang kepala Darto, barulah ia sadar Darto tak memakai helm. 

Sejak itu Helm disematkan kepada Darto sebagai nama komersialnya. Sampai wafat pada pada 14 Agustus 2004 dan dimakamkan di Pemakaman Cikebrok Purwokerto  almarhum masih dikenal sebagai Darto Helm.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline