Lihat ke Halaman Asli

Hr. Hairil

Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Lebaran Kali Ini Tidak Pulang, Mama Sudah Baca Surat di Hatiku

Diperbarui: 9 Mei 2021   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto ; tribunnews.com

Sebentar lagi lebaran Idul Fitri 1442 H, rindu kedua sosok yang tua renta. Semoga berdua selalu sehat ya, diberikan nikmat kesehatan dan kesempatan agar dapat berjumpa lagi di hari bahagia yang lain.

Mama,

Ramadhan ini sudah pada penghujungnya, aku belum menulis surat untukmu atau mengabarkanmu untuk kepastian bisa lebaran bersama denganmu dan seluruh keluarga di kampung. Aku benar-benar sangat rindu tapi aku tidak bisa pulang lagi di labaran tahun ini. Aku tahu, ketika anak-anak yang lain pulang, disambut ramah dan sangat bahagia di tengah-tengah keluarga mereka, mama ikut bahagia atas pulangnya anak-anak mereka.

Ma,

Lebaran tahun ini hatiku sangat sedih, serasa benar-benar hancur. Lebaran tahun kemarin pun aku menjanjikan hal yang sama, akan pulang dan lebaran bersama kalian. Rindu dan rasa ingin melihat senyuman Mama dan Abah ketika anak-anak berkumpul selepas lebaran di rumah yang sederhana itu, rumah tempat aku dan suadara-saudaraku di besarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang begitu besar.

Abah,

Aku tidak bisa datang seperti hari biasanya, aku ingin seperti anak-anak yang lain dengan semangat untuk pulang dan memelukmu. Aku rindu tamawamu disaat bicaramu di usia tua ini hampir tidak lagu aku tau maksudnya. Dulu, abah sangat ingin aku harus tumbuh menjadi orang dewasa, bisa seperti anak-anak yang lainnya. Tetapi dunia pendewasaan di luar sini tidak seperti yang abah kira. Taring-taring pergaulan sosial dan juga pengaruh pergaulan sangat tajam mengancam.

Tapi abah tidak perlu khwatir, anak laki-lakimu sudah dewasa, sudah bisa membedakan mana taring tajam dari semua rintangan dan mana tangan lembut yang memeluk dengan damai. Abah, meskipun aku tidak bisa pulang, disini aku juga tidak bisa pergi kemana-mana. Terkurung hanya dirumah, tetapi terus belajar tentang hidup yang abah ajarkan sewaktu aku masih kecil.

Abah, setiap lebaran datang. Aku ingat saat kecil dulu, abah memaksa aku potong rambut harus dibentak dulu, harus iming-iming dulu beli baju baru meskipun akhirnya baju lebaran dibelikan oleh Mama. Aku rindu suasana itu, suasana ketika takbiran mewarnai lagit di desa kita, anak-anak sudah ramai di sepanjang pantai karang putih. Buru-buru mandi dan berangkat ke masjid, uang koin adalah favorit aku saat abah dan kelaurga yang lain memberikan hadian lebaran padaku. Aku rindu itu semua.

Mama dan Abah, jaga kesehatan ya. 

Lebaran tahun ini benar-benar sangat rindu kalian berdua. Aku mohon doa dan restui aku lebaran yang kesekian kalinya di rantau. Mama dan abah jangan menangis, aku tahu kalian orang hebat yang telah mengajarkan aku banyak hal. Mengajarkan aku tentang kuat dan bertahan hidup jika sendiri, kalian jangan sedih. Disini, diperantauan ada keluarga yang sama persis dengan hidup di rumah sendiri. Mereka sangat perhatian, kasih sayang mereka mengingatkan aku ketika mama setiap hari marah-marah ketika aku tidak mau berangkat sekolah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline