Lihat ke Halaman Asli

syarifuddin abdullah

TERVERIFIKASI

Penikmat Seni dan Perjalanan

Loyalitas Kebangsaan dan Nobar Film G30S

Diperbarui: 29 September 2017   17:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Loyalitas kebangsaan adalah sebuah konsep abstrak yang berlapis-lapis. Konsep filosofis yang harus dipahami dalam kerangka pemahaman yang ajek. Tidak sepotong-sepotong.  Dan setiap lapisnya tidak boleh saling mendahului atau berganti posisi. Sebab jika lapis pertama, misalnya, menggantikan posisi lapis ketiga, atau sebaliknya, maka kesimpulannya berpeluang mengalami disorientasi yang membingungkan publik.

Kebingungan atau disorientasi publik juga bisa terjadi jika variabel yang hanya bersifat pendukung pada setiap lapis, diposisikan sebagai variabel inti.

Keadilan

Dan variabel inti pada lapis pertama loyalitas kebangsaan adalah keadilan, sebagai jangkar (banchmark) sekaligus ukuran untuk menilai lapis-lapis loyalitas kebangsaan lanjutanya.

Dan mengacu pada berbagai data, persoalan utama yang dihadapi bangsa ini adalah persoalan keadilan. Grafik berbentuk piramida yang menggambarkan fostur tentang orang kaya, kelas menengah dan orang miskin di Indonesia adalah bukti nyata betapa keadilan masih jauh dari cita-cita ideal kebangsaan. Dan repotnya, sejauh ini, para pakar ekonomi tampaknya juga ikut kebingungan atau malah kehabisan teori untuk memperbaiki kezaliman sosio-ekonomi itu.

Kita bisa berdebat tentang variabel keadilan semalam suntuk. Namun diutak-atik kayak bagaimanapun, dengan menggunakan teori dan ideologi apapun, ujung-ujungnya adalah bahwa output atau outcome praktek keadilan adalah pemerataan kesejahteraan, atau pemerataan kesempatan untuk bisa sejahtera.

Singkat kalimat, kita belum selesai dalam soal keadilan, yang sekali lagi, merupakan lapis pertama dan utama untuk merekat loyalitas kebangsaan.

Rasa memiliki

Keadilan dan/atau keberadilan pada akhirnya akan menciptakan rasa memiliki, yang muncul dari kesadaran setiap warga bangsa, terhadap nation-state. Rasa memiliki itu bolehlah ditempatkan pada lapis kedua loyalitas kebangsaan.

Mencita-citakan rasa memiliki terhadap nation-state, di tengah ketidakadilan yang kasar dan kasat mata bahkan cenderung semakin menggila, adalah ibarat menegakkan benang basah.

Tanggung jawab

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline