Lihat ke Halaman Asli

Ryan M.

TERVERIFIKASI

Video Editor

Jodoh Ada di Tangan Tuhan. Benarkah?

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (sumber gambar : reemil.blogspot.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Ilustrasi (sumber gambar : reemil.blogspot.com)"][/caption]

"Jodoh ada di tangan Tuhan"

Mungkin Kompasianer sering mendengar (atau mengucapkan?) kalimat di atas.  Kata "jodoh" di sini kerap diartikan sebagai "pasangan hidup" (suami/istri).  Dan meski saya pribadi punya arti sendiri soal pengertian "jodoh", kali ini saya mengikuti asumsi sebagian orang bahwa "jodoh = pasangan hidup". Jika Tuhan sudah menentukan pasangan hidup kita (yang pastinya baik buat kita manusia), kenapa ada yang namanya perceraian, perselingkuhan, KDRT, dan kasus-kasus ketidak-bahagiaan dalam kehidupan berumah-tangga?  Atau ada juga orang yang sangat ingin berumah-tangga tapi tak kunjung mendapatkan jodohnya. Apakah semua itu Tuhan yang menentukan? Sebelum kita "menyalahkan" Tuhan, ada baiknya kita ingat satu hal bahwa :

"Manusia memiliki (atau diberi) kebebasan untuk memilih"

Kita sering mendengar kalimat "hidup adalah pilihan".  Mau tinggal di mana, mau makan apa, mau bekerja di bidang apa, mau jalan hidup seperti apa, silakan dipilih.  Jalan untuk menuju pilihan itu selalu ada, tinggal apakah kondisinya mulus atau tidak. Dan salah satu yang bisa kita pilih adalah "pasangan hidup". Ketika bertemu dengan seseorang, bukankah pada dasarnya kita sudah menentukan pilihan?  Tidak percaya?  Ilustrasi berikut mungkin bisa membantu menjelaskan :

Budi sedang di dalam kereta ketika datang seorang gadis cantik duduk di sebelahnya.

Dari ilustrasi di atas, saat itu Budi sudah diberikan dua pilihan : mau mengenal gadis tersebut atau tidak.  Jika memilih "tidak", maka bisa saja itu merupakan pertemuan pertama dan terakhir mereka.  Tapi jika Budi memilih untuk mengenal gadis tersebut, pilihan lainnya akan terbuka.

Gadis itu bernama Cinta, kantornya ternyata tidak jauh dari kantor Budi.

Dua pilihan lagi diberikan pada Budi : ingin lebih dekat dengan Cinta atau tidak.  Begitulah aturan permainannya, setiap pilihan yang diambil akan membuka pilihan berikutnya hingga kita tiba di pertanyaan yang menjadi tujuan kebanyakan orang :

"Apakah dia memang pasangan hidup saya?"

Dari ilustrasi di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa :

"Tuhan tidak menentukan kelak kita akan menikah dengan siapa"

Apakah kelak Budi akan menikah dengan Cinta, keputusan itu ada di tangan mereka berdua.  Tidak ada sangkut-pautnya dengan Tuhan, hanya saja kelak mereka berdua akan mengucap sumpah setia dalam pernikahan atas nama Tuhan.

Lalu apa maksudnya "Jodoh"?

"Jodoh" yang ditentukan oleh Tuhan bukanlah hubungan person to person antara Budi dan Cinta, dalam artian Tuhan tidak menentukan Budi akan menikah dengan Cinta.  Jodoh di sini adalah ketertarikan Budi yang kocak terhadap seorang gadis pendiam dan ketertarikan Cinta yang pendiam terhadap seorang pemuda yang kocak. Bingung? Secara gampangnya, Budi sudah ditakdirkan untuk bahagia jika menikah dengan seseorang yang pendiam, sementara Cinta sudah ditakdirkan untuk bahagia jika menikah dengan seseorang yang kocak.  Bisa saja kelak Budi akan menikah dengan Titi (yang pendiam) atau Cinta kelak menikah dengan Syam (yang kocak). Jadi, jodoh yang sudah ditentukan oleh Tuhan bukanlah person to person (si A menikah dengan si B) melainkan antar kualitas pribadi dua orang ybs (si kocak dan si pendiam, si kaya dan si jujur, si temperamental dan si sabar, dst).  Sama seperti lampu dan fitting-nya, mau pake merk apapun ya tidak masalah selama ulirnya cocok.  Atau seperti motor dan busi, selama spesifikasinya cocok ya tidak masalah. Jadi, jodoh memang ada di tangan Tuhan, tapi bukan "siapa" melainkan "seperti apa" orangnya.  Adapun mengenai "siapa" orangnya, itu sudah diserahkan pada kita untuk memilih.  Dan bukankah kita sendiri sering mendengar ucapan semacam ini,

"Saya suka cewek yang seperti Dian Sastro" (cantik, lembut, keibuan, dsb)

atau

"Saya suka cowok yang seperti Sean Connery" (matang, intelek, botak, dsb)

Bukankah itu sudah menggambarkan ketertarikan seseorang terhadap kualitas pribadi dari seseorang yang disukainya? Mungkin di lain waktu saya akan membahas pengertian "jodoh" menurut pengertian saya pribadi. Semoga tulisan singkat saya kali ini mencerahkan, selamat berhari Minggu! Tulisan ini masuk kategori “Relationship” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline