Lihat ke Halaman Asli

Rustian Al Ansori

TERVERIFIKASI

Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Puisi | Jejak Malam Menempel di Embun

Diperbarui: 20 Juni 2019   05:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Masih ada jejak malam yang membekas setelah menginjak embun. Sedangkan kau belum juga bangun. Kelelahan tadi malam telah membuat rasa tubuh remuk redam. Bukan karena telah menguasai malam, tapi telah berhasil membalas dedam.

Embun pagi telah membaca bahwa kau telah berhasil menjajakan cinta dalam sebuah pesta. Di sana ada masa lalumu yang berhasil kau perdaya. Semoga ini bukan cita-cita, tapi hanya untuk melepas beban yang menyiksa.

Jejak menempel di embun, butirannya pecah setelah terinjak ketika kau bergegas diam-diam dalam kebisingan pesta yang mengalun. Tanah masih basah, ketika unggas dari kandang turun. Pertanda pagi, waktunya lepas dari dendam sudahi dari peristiwa tadi malam. Bila tidak, hari ini akan menjadi sia-sia. Karena dendam hanya akan memperpanjang luka.

Sungailiat, 20 Juni 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline