Lihat ke Halaman Asli

Rustian Al Ansori

TERVERIFIKASI

Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Puisi | Peronda

Diperbarui: 14 April 2018   00:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Orang - orang kampung sudah menuju pos ronda untuk berjaga - jaga dari maling hingga babi ngepet. Masa - masa sulit ekonomi saat ini kemungkinan terdesak karena kondisi yang kepepet. Pejaga malam sudah mulai terkena angin, sudah ada yang batuk - batuk. Begitu pula ada yang mengantuk hingga kepala terantuk.

Kentongan telah dibunyikan hingga nyaring menembus malam keseluruh kampung yang sudah sepi. Suara ngorok pun keluar kamar dari jendela rumah - rumah yang peronda lewati. Terus melangkah ditengah dingin yang membelit leher hingga menyesakkan dada. Semangat kebersamaan telah menghangatkan hingga melepas beban di badan bak melepas dahaga.

Malam terus berjalan. Para peronda pun menyelusuri jalan. Sepi malam digigil dingin membuat hasrat tertunda karena kewajiban. Sempat terusik suara desah yang nyaring dari jendela kamar rumah yang baru menggelar hajatan pernikahan. Para peronda pun saling bertatapan. Ingin hasrat mengintip, tapi diurungkan.

Malam berjalan dengan nakal ulah orang - orang kampung yang sudah tergeletak diatas ranjang yang terlelap bersama ngorok, bersama mimpi hingga bercinta. Malam para peronda yang terus berjaga - jaga hingga menyambut pagi saat matahari menyapa. Ketika berganti para peronda yang tertidur membalas malam tanpa dendam. Para peronda diam tanpa berisik menjaga agar orang - orang kampung tidak terusik sehingga bisa menghabisi malam.

Sungailiat, 14 April 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline