Lihat ke Halaman Asli

Rushans Novaly

TERVERIFIKASI

Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Renungan Pagi Ini #11 | Melongok Wajah Televisi Kita

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kawan, bagaimana kabarmu hari ini ? semoga kebaikan selalu menaungi kawan semuanya. Semalam kotaku diguyur hujan deras. Didepan rumah berubah menjadi sungai, walau airnya tidak mampir ke rumah, tetap saja membuat kami sekeluarga berjaga jaga. Persiapan kami lakukan secepatnya. kami tak ingin mengecawakan kalau air di depan rumah mampir, bukankah tamu adalah raja yang harus dihormati.

Pagi ini kawan kita akan membahas peran televisi dalam mencerahkan bangsa. Tema ini sebenarnya sudah sering kita baca , kita dengar malah mungkin diantara kawan sudah ada yang menulisnya. tapi biarlah mudah mudahan tulisan ini menambah khasanah pengetahuan kita. Tulisan ini bukan tulisan ilmiah seorang pakar media yang cermat, tepat dan sesuai data. Lha ini cuma tulisan seorang anak bangsa yang resah melihat maraknya tayangan yang tidak mendidik.

Ada ungkapan yang pernah saya baca di sebuah tulisan : Anak kita tumbuh oleh tiga orang tua, dua orang tua kandungnya, dan orangtua ketiganya adalah televisi.  Televisi kini menjadi orang tua bagi anak anak kita. Televisi punya pengaruh yang sangat besar dan signifikan. Anda boleh berbeda pendapat tentang masalah ini. Tapi faktanya televisi adalah media yang paling besar dalam mempengaruhi pola sikap dan pola pikir kita. Terutama anak . daya jangkau televisi luar biasa, apalagi diikuti perkembangan teknologi yang sangat pesat. Orang dipedalaman bisa menonton televisi sama dengan orang kota, mereka bisa menyaksikan seluruh tayangan tanpa terkecuali. Sebenarnya pada titik ini tak ada masalah. Ini bagian dari hak asasi manusia untuk mendapatkan informasi dan hiburan. Namun yang menjadi fokus renungan kita adalah tayangan yang jauh dari nilai nilai positif , didalam tayangan itu kita melihat hal yang tidak pas, contoh : banyolan yang berlebihan, kata kata yang tak pantas didengar, hingga cara berpakaian dan gestur tubuh yang seronok dan tak sesuai kodrat. Laki laki bergaya perempuan. Mungkin banyak diantara penonton televisi di Indonesia yang terhibur dan merasa tak ada masalah, baik baik saja. tapi jangan lupa masih banyak pula penonton di Indonesia yang menaruh harapan yang besar atas kelayakan dan kepantasan tayangan yang  mereka saksikan di layar televisi. Menurutku kawan harapan ini wajar dan pantas bagi perkembangan televisi di Indonesia.( Mungkin ada yang berkata kalau tidak suka ganti channel aja, atau matiin aja televisinya.)

Kawan, kita selaku anak bangsa punya tanggung jawab terhadap tayangan televisi. Karena tayangan itu masuk ruang publik, masuk ke dalam rumah rumah kita , ditonton anak anak kita. Seharusnya yang kita lakukan adalah tiga  hal :


  1. melakukan edukasi dan mendampingi putra putri kita dalam menonton televisi, mengarahkan pada tayangan yang pas pada usia mereka. Memberi penjelasan bila ada pertanyaan anak anak kita. membatasi hingga membuat peraturan dalam menonton televisi.
  2. memberikan tanggapan dan meminta kepada pemerintah melakukan fungsi pengawasan yang tugas ini diamanatkan kepada KPI ( komisi penyiaran Indonesia ) agar lebih maksimal dalam menjalankan tugasnya. Berani memberikan teguran bahkan penghentian tayangan bila melanggar hukum perundangan.
  3. meminta kepada industri televisi Indonesia bersikap bijaksana dan bersikap profesional dalam penayangan program acara. Konten acara sebaiknya selalu dievaluasi. Hiburan seharusnya tidak menabrak nilai nilai kepantasan dan norma norma keIndonesian.

Dari tiga hal diatas , minimal poin pertama harus kita lakukan. memberikan edukasi kepada anak kita, baik dan buruk, bermanfaat dan merusak. Sehingga mereka punya filter dalam menonton televisi. Kita berharap industri televisi kita terus berkembang dan maju , memenuhi standar bisnis yang harus meraup laba namun di sisi lain menjadi jembatan perkembangan bangsa yang arif dan bijaksana, penuh nilai nilai positif. satu lagi yang penting : tim creative televisi bisa menampilkan tayangan sehat yang menarik. Bung Deddy Mizwar salah satu artis yang berhasil menampilkan tayangan sehat sekaligus menarik, Sinetron Para Pencari Tuhan yang tayang di bulan puasa menjadi contoh yang patut ditiru. Insan televisi pasti punya hati nurani dan mereka pasti setuju dengan tayangan sehat, mendidik dan berkarakter sekaligus menghibur juga menghasilkan pundi pundi laba yang menguntungkan. Kita tunggu dan kita awasi terus televisi kita. Disana kita menitipkan perkembangan bangsa lewat tayangan sehat , mendidik dan menghibur. Rasanya cukup kawan. tulisan ini masih jauh dari sempurna. Tolong kawan sempurnakan...

Maafkan aku kawan, Adiyasa, 28 Jan 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline