Lihat ke Halaman Asli

Rully Moenandir

TV and Movie Worker

Dilan dan Surat Terbuka untuk Kang Emil

Diperbarui: 3 Maret 2019   17:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Setelah Dilan 1990 hampir mencapi jumlah penonton 7 juta selama lebih dari 1 bulan tayang di bioskop, kini Dilan 1991 lebih mebuat heboh dengan hampir mencapai 1 juta penonton di Hari Pertama tayang di bioskop.
Target pun dipatok, 10 juta penonton untuk diraih.

Dilan 1990 yang ditonton juga oleh banyak pejabat negara bahkan Presiden Jokowi ini, menjadi sebuah keunikan tersendiri dimana adanya penggabungan 2 media,  literasi dan film. Walaupun bukan pertama kalinya dalam sejarah dunia literasi dan film kita, namun Dilan mampu memperkuat hubungan antara tokoh fiktif, kondisi saat itu, dan hubungan dengan millenial yang terpaut cukup jauh ini, hingga bisa menjadi satu, bahkan terbilang sukses terserap dengan baik.

Tangkapan layar instagram MAX Pictures

Puisi-puisi, telepon umum, gaya-gaya anak muda jaman itu, ternyata masih mampu diterima oleh kalangan jaman now, yang sudah tidak kenal telepon umum, motor vespa butut, ataupun kalimat-kalimat berprosa "melambai" yang disajikan baik dalam novel maupun film Dilan.

Sayangnya, kali ini Dilan sedikit tersandung dengan beberapa kejadian yang sedang ditapakinya. Setelah penetapan HARI DILAN dan "TAMAN" DILAN di Bandung,  Makassar pun menyusul dengan demo dan sempat sedikit ricuh di dalam area bioskop karena menganggap film ini tidak mendidik untuk ditonton terutama remaja, karena menampilkan kekerasan, pacaran, dan melawan tenaga pengajar di sekolah.

====

Tangkapan Layar instagran MAX Pictures

Memang sejak sebelum peluncuran film Dilan 1990, pergerakan promo yang sangat masif dari para creator, terutama Kang Pidi Baiq (saya selalu memanggilnya Kang, bukan Ayah atau Surayah seperti kebanyakan) yang merupakan lulusan FSRD Institut Teknologi Bandung ini, membuat banyak sekali materi Grafis unik dan cantik yang menjadi amunisi para DILANISME (sebutan untuk penggemar novel Dilan) untuk disebarluaskan.

Kalimat-kalimat puitis dalam novel (dan tentunya akan diadaptasi juga di film), digabungkan dengan grafis-grafis yang kemudian menyebar dengan sangat cepat ke ruang-ruang media sosial dan pesan-pesan kelompok yang biasa digunakan masyarakat kita.

Trigger-trigger itulah yang kemudian "meracuni" orang lain yang kemudian membeli dan membaca novel yang tidak pernah turun dari rak BEST SELLER NOVEL sejak dikeluarkan tahun 2014.

Tangkapan layar instagram PidiBaiq

Kekuatan literasi dan grafis hasil karya Kang Pidi Baiq memang tidak usah diragukan. Ia yang dulu merupakan salah satu mentor mingguan saya di PAS (Pembinaan Anak-anak masjid Salman) ITB, sudah mampu menghipnotis anak-anak usia SD-SMP dengan cerita dan kartun yang hadir setiap minggunya lewat buletin SAMPUL, yang berisi materi-materi keislaman dan keseharian yang ringan dan mudah dipahami oleh anak seusia tadi.

Belum lagi, ketika ia pun ikut terjun bersama dengan beberapa mahasiswa FSRD-ITB membangun VILLA MERAH menjadi tutor, bagi para siswa yang inging melanjutkan studinya ke FSRD-ITB yang terkenal sulit ditembus.

Di situ, ia selalu memberikan "extra time" bagi para calon mahasiswa ini untuk bercerita, berdiskusi, dan belajar memahami sekeliling untuk dijadikan inspirasi apapun dalam kehidupan, karena semuanya itu pasti bernilai positif jika kita jeli dalam memaknainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline