Lihat ke Halaman Asli

Dunia Pendidik Modern

Pengajar dan Pendidik

Ku Abadikan Mendung Menjadi Senyumanmu

Diperbarui: 20 Maret 2023   15:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Langit dan awan pekat yang menggelayut. Aku jadi ingat karung cokelat Handoko yang seperti awan mendung itu.

Penuh.

Pasti sebentar lagi hujan deras.

***

Tiap pagi-pagi hujan, aku malas pergi ke sekolah. Kamar sengaja ku kunci, pura-pura tidak dengar ketika Ibu menggedor pintu keras-keras dan tentu saja sambil ngomel. Ku tutup telinga dengan bantal erat-erat sampai tak terasa setengah hari hujan itu terlewat dengan tidur lagi. Aku bangun karena lapar. Bergegas ke meja makan, membuka tudung saji dan memakan tempe goreng yang dingin seperti hari ini.

"Ya Allah Le.. sarung mung nggo krodongan, ora mangkat Jumatan!!" Ibu ngomel lagi, segera kupeluk dan kuciumi pipinya. Biasanya kalau sudah begitu pasti ngomelnya berhenti. Benar saja Ibu jadi malas melanjutkan ngomel-ngomelnya, dan aku senang.

"Tadi bu gurumu kesini Rul. Bu Asri. Katanya kamu suruh ikut lomba cerpen."

"Oh.."

Ibu cepat menabokku gemas, "Lha kok cuma 'oh'?! piye tow cah iki"

Aku hanya tersenyum sambil mengambil satu lagi tempe goreng dan meninggalkan ibu yang kalau tidak kutinggal pasti mau ngomel lagi. Sayang sekali tidak ketemu Bu Asri tadi. Pasti asik kalau bisa mendapat senyum manis Bu Asri yang merayu untuk ikut lomba.

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline