Lihat ke Halaman Asli

Taman Sari Yogyakarta

Diperbarui: 27 Mei 2017   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Taman Sari"][/caption]Obyek wisata Taman Sari berlokasi di Kampung Taman, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta. Tidak terlalu sulit menjangkaunya, karena berdekatan dengan obyek wisata Kraton Yogyakarta, sekitar 400 meter. Dari Kraton, Taman Sari bisa dicapai dengan berjalan kaki, naik becak, andong, atau kendaraan lain, melewati Jalan Rotowijayan, Jalan Ngasem, dan Jalan Taman.

Dari Bandara Adisucipto, Anda bisa memilih taksi yang mangkal disana. Waktu tempuh kurang lebih 30 menit (kurang lebih 15 kilometer) untuk menuju ke Istana Air Taman Sari.

Taman Sari yang berarti taman yang indah ini dibangun oleh raja Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono I tahun 1757. Taman seluas 150 x 100 ini, dahulu menjadi tempat eksklusif sang sultan.

Setiap malam bulan purnama, sultan melakukan berbagai aktivitas di istana cantik ini. Selain menyepi dan bersantai bersama isteri, keluarga maupun selirnya, sultan juga kerap menjadikannya sebagai tempat untuk menemui tamunya.

Nuansa Eropa pada bangunan Taman Sari memang begitu kental. Maklum pembangunannya diperbantukan oleh arsitek dari Portugis, namun oleh Sultan Hamengkubuwono I diberi warna khas Jawa dengan memasukkan unsur-unsur agama Islam, Hindu, dan Buddha dalam desainnya. Contohnya, dalam setiap gerbangnya terdapat pahatan gambar wajah Kalamakara, yakni perwujudan kekuatan Dewa Siwa sebagai penghancur dengan lidah menjulur, tanda penolak bala.

Di taman cantik ini terdapat berbagai macam kolom pemandian. Ada kolam untuk para selir, permaisuri, dan sultan sendiri. Kolam pemandian tersebut dilengkapi dengan ruang ganti baju dan kamar. Di taman ini juga terdapat menara pengawas, mesjid, dan istana air di Pulau Kenanga serta lorong bawah tanah yang terhubungkan dengan keraton. Pulau Kenanga yang terletak di danau buatan ini juga kerap dijadikan sultan sebagai tempat menerima tamu-tamu spesial.

Pada tahun 1812, istana air ini mengalami kerusakan parah akibat gempa besar. Oleh sebab itu taman ini hanya dipakai sampai masa kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono II. Pada zaman kekuasaan Sultan Hamengbuwono III, tanah yang terdapat di sekeliling Taman Sari dipinjamkan kepada para abdi dalem yang berjumlah 167 orang.

Tanah yang dipinjamkan itu dikenal dengan nama Manger Sari. Kini di lahan Mager Sari didiami oleh perumahan keturunan para abdi dalem dengan jumlah 467 kepala keluarga. Kawasan ini kini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik nusantara maupun mancanegara.

Di dalam perkampungan ini, kita bukan hanya dapat merasakan atmosfir kemewahan kehidupan keraton masa lalu berupa sisa kolam pemandian, Istana Kenanga, mesjid, dan lorong bawah tanahnya, melainkan juga kehidupan masyarakat setempat dengan keterampilan membatiknya. 60 % penduduk kampung ini bekerja sebagai pengrajin dan seniman batik.

Sebagai salah satu kampung wisata di Yogyakarta, di kampung ini terdapat banyak pusat pelatihan dan galeri kain dan lukisan batik. Bahkan ada yang menyediakan paket pelatihan untuk para turis dengan harga tertentu untuk satu orang selama satu hari.

Kini, di tengah ancaman modernisasi dan pembangunan fisik yang melanda kota Yogyakarta, masyarakat setempat berusaha untuk melestarikan Taman Sari sebagai warisan budaya para leluhurnya. 

Taman Sari dan keterampilan membatik warganya semoga saja lestari.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline