Lihat ke Halaman Asli

Rudy Subagio

TERVERIFIKASI

Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Quiet Quitting: Antara Tuntutan Kerja yang Semakin Tinggi dan Kemajuan Karier yang Mandeg

Diperbarui: 24 September 2022   19:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi karyawan quiet quitting. Sumber: Kompas.com

Mungkin bukan sebuah kebetulan bila dalam beberapa tahun terakhir ini saya menemukan fenomena quiet quitting ini diantara para karyawan dan staff kantor yang berasal dari generasi Z dan generasi milenial.

Secara umum fenomena quiet quitting ini menggambarkan karyawan yang tetap bertahan di tempat kerjanya namun hanya melakukan pekerjaan seminimal mungkin, sekedar untuk memenuhi "job-des" yang ada.

Mereka menghindari tugas tambahan atau terlibat proyek di luar "job-des" mereka atau di luar jam kerja yang telah ditetapkan.

Fenomena yang saya amati ini terjadi di perusahaan multi nasional yang secara manajemen mengikuti standard manajemen yang bagus dalam mengelola sumber daya manusianya. Kalau sekelas perusahaan multi nasional saja ada fenomena seperti ini apalagi untuk perusahaan lokal, menengah dan kecil.

Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya fenomena ini pada perusahaan-perusahaan besar dan kecil akhir-akhir ini. Faktanya fenomena ini bukan sebuah kebetulan, pada satu waktu dan tempat tertentu, namun merupakan fenomena global yang terjadi di belahan bumi yang lain.

Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan fenomena quiet quitting semakin marak akhir-akhir ini.

Faktor yang pertama adalah persaingan bisnis yang semakin ketat sehingga memaksa perusahaan untuk melakukan efisiensi di segala bidang termasuk bagaimana memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki secara maksimal.

Para karyawan dituntut untuk menguasai semua ketrampilan bahkan ketrampilan unit atau bagian lain yang bukan "job-des"nya atau istilahnya multi-skills. Dengan demikian bila salah satu karyawan tidak masuk maka karyawan lain harus bisa menggantikan pekerjaan rekannya.

Tentu saja kondisi dimana salah satu karyawan tidak masuk dan karyawan lain harus melakukan double job untuk menggantikan tugas karyawan yang tidak masuk adalah kondisi emergency atau temporary saja.

Namun begitu karyawan dapat menangani double job dengan tanpa masalah yang berarti, maka perusahaan mulai berpikir seharusnya setiap karyawan seharusnya juga dapat melakukan hal yang sama sehingga perusahaan dapat berhemat atau melakukan efisiensi sampai 50%.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline