Lihat ke Halaman Asli

Suara Gamelan di Toilet Rest Area

Diperbarui: 3 Mei 2024   07:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sisi Terang

Minggu siang ini mendadak aku harus berangkat ke kota B, bukan untuk liburan, tapi kerjaan!

Speertinya di jalan lebih banyak orang dengan tujuan kota yang sama untuk healing atau sekadar menghabiskan waktu di jalan, atau sakau ingin menghirup udara segar di kota B. Pukul 1 siang aku berangkat sendirian, dengan beberapa ransel di jok belakang. 

Jarak dari tempatku ke kota B tidaklah jauh, hanya sekitar 3-4 jam saja jika jalanan normal tanpa hambatan. Tapi tentu hari dan waktu berpengaruh pada kepadatan jalan raya. 

"Rayya, hari ini kamu berangkat ke kota B ya, pukul 7 malam kamu ketemu Bu Anita, jangan sampai telat dan jangan sampai buat beliau kecewa! Beliau calon klien besar kita" - adalah pesan WhatsApp yang membuatku bergegas pergi tanpa sepatah kata pun selain "Oke siap!" 

Seblak sialan!! Perutku sedari pagi sedang tidak karuan, dikoyak rasa sakit nan melilit, setelah semalam kuhabiskan serial movie dengan semangkuk seblak yang dipenuhi dengan warna merah menyala, tidak luput juga es Kopi Tetangga untuk menyangga mata dan dahaga. Dan benar saja, toilet adalah tempat tujuan setelahnya, baru saja satu setengah jam perjalanan harus kutepikan mobil dan memasuki rest area untuk bertemu toilet. 

Tiiing...tang tiiing...dheeng~ 

Tiiing...tang tiiing...dheeng~ 

Tiiing...tang tiiing...dheeng~ 

Seketika aku tertegun kaget, bagaimana bisa suara gamelan terdengar jelas mendayu-dayu dengan tembang jawa yang sama sekali tak kukenal artinya, jelas dan nyaring seolah berpusat di ruang toilet ini atau toilet sebelah. Coba kembali kualihkan perhatian dengan bermain ponsel, scroll sana sini, buka keranjang Shopee, namun tetap tak bisa kuhindari suara itu. Kuambil earpod dari dalam saku celana dan kuputar lagu dengan volume kencang, namun tetap gagal. Suara gamelan itu menolak pergi.

Suara gamelan dan tembang jawa itu seolah masuk ke dalam earpod dan menyembur ke dalam rongga telinga, bertubi-tubi dan tanpa henti. Tak mungkin bulu kuduk tidak berdiri saat suara gamelan ini terdengar di tempat sepi, sendiri, meskipun kali ini siang hari. Buru-buru kuselesaikan urusanku dengan toilet, dan bergegas lari ke dalam mobil ogah menengok ke belakang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline