Lihat ke Halaman Asli

Ronny Rachman Noor

TERVERIFIKASI

Geneticist

Bocah India Pelinting Rokok Itu Kini Menjadi Hakim di Amerika

Diperbarui: 13 Januari 2023   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pettel kini menjadi Hakim di Amerika. Photo : Surendran K Patte   

Pengangkatan dan pelantikan hakim tentunya sudah sangat biasa dilakukan di Amerika, namun pristiwa yang terjadi  minggu lalu ketika pengacara asal India Surendran K Pattel  diambil sumpahnya sebagai hakim distrik di Pengadilan Distrik Yudisial ke-240 di Fort Bend County di negara bagian Texas menjadi kehebohan tersendiri sekaligus menginspirasi banyak orang.

Kisah perjalanan Pattel memang sangat luar biasa penuh lika liku dan terkadang bergelimang air mata.

Lika liku Kehidupan

Pattel yang kini berusia 51 tahun ini menginspirasi  banyak orang karena perjalanan hidupnya dimulai sebagai pelinting rokok di India ketika dirinya masih anak anak.

Patel dilahirkan di negara bagian Kerala di India selatan dan dibesarkan oleh keluarga sangat miskin.

Orang tuanya adalah buruh yang bergantung pada upah harian yang kecil untuk memberi makan dan menghidupi enam anak mereka.

Agar anggota keluarga ini dapat makan tiga kali sehari Pattel harus bekerja menjadi pelinting rokok tradisional India yang dikenal sebagai beedis.

Tidak hanya Pattel yang harus bekerja keras di masa kecilnya, namun juga kakak  perempuannya yang mengharuskan mereka duduk dan bekerja melinting rokok sampai larut malam  untuk mendapatkan upah agar dapat makan.

Di usia remajanya Pattel mengalami putus sekolah karena tidak mendapatkan nilai yang bagus dalam ujian.  Keadaan ini kemungkinan disebabkan karena sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bekerja melinting rokok.

Kondisi ini diperparah ketika kakak perempuannya meninggal dunia dan meninggalkan bayi perempuan berusia 15 bulan.

Hal yang paling mengganggu pikiran Pattel adalah kematian kakak perempuannya yang disimpulkan sebagai tindakan bunuh diri, namun belum ada penyelidikan yang memadai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline