Lihat ke Halaman Asli

Intervensi Pembangunan: Siapa Untung Siapa Buntung

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KRL commuter line jurusan Jakarta Kota misalnya, frekuensi nya mulai Juni 2014, akan dibuat lebih sering. Di jadwal barunya, kereta datang tiap 10 menit . Efeknya, para pelanggan KRL bisa sampai tujuan lebih cepat, dan gerbong pun tak terlalu berjejal. Namun di sisi lain, pengendara mobil pribadi dan motor yang jadi tambah repot. Antrian dekat pintu perlintasan tambah panjang mengular. Makin pekat asap polusi. Siapa untung siapa buntung? Intervensi development memang selalunya tentang pilihan. Transportasi berbasis rel atau mobil pribadi misalnya. Meminjam istilah Anies Baswedan, pilihan yang diambil melekat pada konteks sosial, ekonomi dan lingkungan. Bukan pilihan yang terisolir di ruang hampa. Data-data yang sering diklaim 'netral', seringkali justru membebani daya ungkit kemanfaatannya. Insentif buat kereta ternyata hampir secara bersamaan menjadi 'penalti' bagi pengguna kendaraan pribadi. Disini visi dan itikad pengambil keputusan menjadi penting. Sebagai sutradara pembangunan, akan diarahkan kemana sumberdaya yang terbatas? akan diolah bagaimana momentum yang langka? Siapa yang paling diuntungkan? Siapa paling besar menanggung dampak negatifnya?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline