Lihat ke Halaman Asli

Choirul Huda

TERVERIFIKASI

Kompasianer sejak 2010

Nak, Sehat Itu Mahal. Nasehat Ibuku Yang Menderita Penyakit Diabetes...

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="attachment_138347" align="aligncenter" width="614" caption=" Adik saya sedang menyuntik Insulin kepada Ibu"][/caption] Rul, jangan terlalu sering ngopi...! Rul, kalau bikin teh, gulanya jangan terlalu banyak...! Rul, hati-hati menghisap rokok, itu racun. Masak hasil kerja kamu dibakar begitu saja! Itulah yang sering Ibu ucapakan kepada saya. Tidak boleh ini, itu atau apa lagi. Semua hampir serba dilarang... Maklum, Ibu saya berkata begitu bukan tanpa alasan. Karena beliau menderita penyakit kencing manis (Diabetes) yang dahulu lumayan parah. Pernah kadar gulanya mencapai lebih dari 500 mg, dan juga pernah menurun drastis hingga sekitar 80 mg (Hipo). Alhamdullilah sekarang, kesehatan beliau sudah seperti sedia kala. Kadar gulanya pun sudah dapat dikontrol dengan baik, tak seperti dahulu yang naik turun tidak menentu, mungkin karena dipengaruhi beberapa faktor, seperti kurang teratur makannya, atau juga sembarangan. Juga bisa juga karena pikiran yang kosong. Ibu selalu mengatakan bahwa kesehatan itu mahal harganya, dikarenakan beliau tidak ingin apa yang terjadi dengannya juga menurun kepada anak-anaknya, yaitu saya dan adik. Maklum, sudah hampir dua tahun Ibu saya mengalami Diabetes. Dan dalam rentang waktu itu, sudah tidak terhitung banyaknya uang yang keluar untuk biaya pengobatan serta perawatan Ibu. Seperti untuk beli jarum suntik dua buah per dua minggu, juga untuk mengecek kadar gula ke Lab, berobat jalan di salah satu rumah sakit swasta di Bandung, dan saat di operasi lalu. Semua itu, menjadi pelajaran untuk kami sekeluarga. Makanya Ibu saya selalu bawel menasehati saya dan adik untuk tidak terlalu menyepelekan penyakit, terutama dikala masih sehat seperti ini. Sebab yang namanya penyakit, datangnya tidak bilang-bilang, langsung saja terjadi. Seperti yang dialami Ibu saya, dua tahun yang lalu. Saat itu, Ibu yang sedang segar bugar tiba-tiba ambruk, karena tidak mengontrol pola makannya ditambah beliau terlalu menyepelekan penyakit diabetes yang dianggap tidak begitu parah. Hingga suatu hari, kakinya tanpa sengaja menginjak beling pecahan kaca di rumah, yang pada akhirnya menyebabkan Ulcus Diabetes. Beruntung setelah di rawat di rumah sakit selama dua minggu serta menjalani rawat jalan, sekarang Ibu saya sudah sehat lagi. Namun, tetap saja untuk menopang kadar gulanya supaya tidak naik turun, beliau selalu diberikan insulin setiap harinya. Bahkan hingga empat kali, terhitung mulai jam 7 pagi, jam 13 siang, jam 19 sore, dan jam 22 malam. Semenjak kejadian itu, Ibu selalu waspada dan berhati-hati apabila dalam rumah, saya dan adik berlaku sembarangan  dalam menjaga kesehatan. Apalagi ketika tahu Diabetes adalah penyakit keturunan. Almarhum kakek saya pun mengidap Diabetes, dan (katanya) menurun ke Ibu, lalu silang ke anak laki-laki, yaitu saya. Semoga saja tidak seperti demikian. Untuk itu, Ibu memberikan saya dan keluarga di rumah beberapa cara mencegah diabetes, sesuai dengan pengalaman beliau, yaitu. - Makan yang teratur. - Jangan asal makan, perhatikan baik-baik kandungan gizinya serta efek sampingnya. - Tidur yang teratur setiap harinya. - Jangan terlalu sering bergadang (saya sendiri sering dimarahi karena hobi menonton bola tengah malam). - Mengkonsumsi gula atau makanan yang manis dalam batas kewajaran (seperti untuk kopi dan teh). Sebab kalau tubuh tidak sama sekali diberi asupan gula, tidak baik juga untuk kesehatan. Yang ada malah menjadi drop. - Sering berolah raga, minimal lari pagi setelah bangun tidur. - Sering cek kadar gula darah, biasanya Ibu saya mengecek di Apotek. Harganya tidak mahal hanya sekitar rp 10.000. Atau kalau ingin yang lebih lengkap bisa di laboratorium, namun biayanya sangat mahal yaitu mencapai ratusan ribu. - Kendalikan berat badan. - Perbanyak memakan sayuran terutama yang berwarna hijau. Untuk membantu imun tubuh. - Jangan terdoktrin bahwa Diabetes adalah penyakit turunan, sebab semua penyakit pasti ada obatnya. - Jangan Banyak pikiran. Inilah faktor terbesar dari Diabetes, karena pikiran dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Tak lupa, beliau selalu mengatakan bahwa pada awalnya mungkin beberapa cara pencegahan ini terlihat sepele, namun tidak seperti itu. Karena kalau sudah terkena, maka akan sulit untuk mencegahnya kembali meskipun bisa diobati namun itu memakan waktu yang lama. Makanya beliau selalu memesan agar saya dan adik di rumah mempergunakan kesempatan di waktu sehat dengan sebaik-baiknya, sebab kalau sudah sakit apapun terasa sangat tidak enak. Dan lagi, mencegah lebih baik daripada mengobati...

*     *     *

[caption id="attachment_138348" align="aligncenter" width="614" caption="Beberapa penopang kesehatan Ibu, untuk menetralkan kadar gula darahnya: Jarum insulin untuk sehari-hari."][/caption]

*     *     *

[caption id="attachment_138366" align="aligncenter" width="614" caption="Tumpukan jarum bekas selama dua tahun terakhir"][/caption]

*     *     *

[caption id="attachment_138367" align="aligncenter" width="614" caption="Saat mengalami Diabetes yang parah. Luka di kaki Ibu saya, sebelum operasi"][/caption]

*     *     *

[caption id="attachment_138368" align="aligncenter" width="614" caption="Jagalah kesehatan sebelum datangnya sakit, seperti pengalaman Ibu saya sendiri."][/caption]

*     *     *

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline