Lihat ke Halaman Asli

RIZKI FEBY WULANDARI

Mencoba menyelaraskan kata dan laku.

Nyeskripsi: Cosplay Jadi Maba Serba Tanya Katingnya

Diperbarui: 15 Juni 2022   02:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Tulisan ini saya dedikasikan untuk semua kawan seperjuangan semester 6 angkatan 2019 yang sekarang sedang merasakan perkuliahan sebenarnya, memulai membuat proposal skripsi. Nama angkatan yang seumuran dengan COVID yang juga bersandingan dengan angka 19.

 Jika ditarik simpul perjalanan kisah kasih selama perkuliahan angkatan ini agak unik dari angkatan lainnya yang sedikit banyak ambil kesempatan dalam kesempitan -kemalasan yang terfasilitasi- peacees. Angkatan 2018  termudahkan dengan sidang pendadaran online dan pasti termaklumi; angkatan 2020-2021 ospek online dan beruntungnya mereka bisa beradaptasi terlebih dahulu dan semester tengah -semester krusial- mereka sudah offline. 

Sedangkan angkatan 2019 sewaktu jadi mahasiswa baru (maba) angkatan ini masih merasakan ospek offline. Pertengahan menginjak semester 2, maba unyu-unyu ini dipaksa keadaan untuk isolasi di kos dan tidak ada kejelasan di perantauan karena pandemi COVID-19 menyebar.

Bisa dibayangkan anak rantau yang bau kencur dan dilanda pandemi yang secara tiba-tiba. Awalnya dari pihak kampus memberi libur seminggu-dua minggu. Namun, beredar edaran lagi perkuliahan diadakan secara daring. Online total perkuliahan tatap muka langsung ditiadakan. Bagaimana perasaan maba kala itu? Yang awalnya sedang hectix semangat merasakan jadi mahasiswa malah digempur si copid. Alhasil curi-curi kesempatan untuk bisa mudik dan kuliah di rumah.

Semester pertengahan di mana mata kuliah ini berkesinambungan dengan semester akhir yang mana itu krusial, namun diadakan online. Tidak dinafikan, entah sekadar alasan sinyal atau kemalasan pembelajaran online ini membuat tingkat kendleweran mahasiswa yang setengah jadi ini meningkat.

Tidak heran jika di semester akhir seperti sekarang, menjajaki semester 6 mereka kelabakan. Mulai dari cuitan meme, " Tahun 2019 maba, Tahun 2020-2021 kuliah turu, Tahun 2022 garap skripsi."

Dirasa baru kemarin, eh sekarang udah mulai buat proposal skripsi. Segala penyesalan mewarnai perbincangan dengan kawan di perkopian dan pernugasan, "Semester lalu, mata kuliah metopen nyesel ngga diperhatiin" Bingung apa yang mau ditulis, ragu, gundah gulana, ngga percaya dengan kemampuan yang didapat selama menduduki bangku kuliah.

Padahal, skripsi ialah monumen selama menjadi mahasiswa strata 1. Bukti  apa yang didapat selama 3 tahun diakumulasikan dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan sebutan skripsi. Alhamdulillah-nya angkatan ini mempunyai mental yang lebih kuat, ia menyadari kekurangannya di mana.

Tidak tinggal diam dan pasrah pada keadaan. Relasi yang sedikit banyak ia bangun sewaktu maba dihidupkan kembali. Seperti angkatan pada umumnya, sewaktu maba sangat mendewakan kakak tingkat (kating) merasa mereka lebih tahu banyak hal daripada maba. 

Semakin berjalannya waktu terkadang tidak mendewasakan melainkan membuat orang lupa diri. Semester pertengahan biasalah, saat merasa sudah mempunyai adik-tingkat angkatan bawahnya terlahir, merasa menjadi senior, hingga lupa senior atasnya.

Tetapi, pada semester akhir ini baru terasa, ternyata pengalaman kakak tingkat (nyekripsi-seminar proposal-pendadaran-wisuda) menjadi pengalaman yang diincar untuk didengarkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline