Lihat ke Halaman Asli

rizkaita

Pembaca, penulis, dan kawan seperjalanan

"Tingalan Jumenengan Dalem", Rangkaian Peringatan Kenaikan Tahta

Diperbarui: 12 April 2018   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada 29 Rejeb 1951 atau 15 April 2018 mendatang, Sri Sultan Hamengku Buwono X akan memperingati naik tahtanya di tahun ke-29. Tentu saja, peringatan ini tidak akan dilewatkan begitu saja, sebagaimana tradisi yang masih dijaga baik di lingkungan Kraton Ngayogyakarta. 

Tingalan Jumenengan Dalem atau upacara kenaikan tahta akan diselenggarakan oleh pihak keraton sebagai ungkapan syukur sekaligus pengharapan bagai keselamatan, keberkahan, dan kesejahteraan Ngarso Dalem beseta keluarga. Upacara yang prosesinya akan dilaksanakan di dalam dan luar lingkungan keraton ini, akan dimulai sejak 13 April 2018 dan terbagi dalam 4 acara besar.

Keseluruhan Pengetan Jumenengan Dalem melibatkan keluarga dan kerabat keraton dalam persiapan dan pelaksanaannya. Agenda ini akan diawali dengan prosesi Ngebluk yang merupakan pembuatan adonan Kue Apem. Pada proses pembuatanya, adonan akan diaduk dan dibanting menggunakan tangan sehingga menghasilkan suara "bluk". 

Suara inilah yang menjadi asal-usul nama prosesi yang dijalankan sejak pagi hingga sore hari di Bangsal Sekar Kedhaton, komplek keputren. Prosesi ini dipimpin langsung oleh Permaisuri Raja, GKR Hemas dan putri tertua sekaligus pemimpin kegiatan keputren di Keraton, GKR Mangkubumi. 

Prosesi ini dikerjakan oleh abdi dalem keparak (perempuan). Setelah menjadi jladren, adonan kemudian ditaruh ke dalam enceh atau sebuah gentong berukuran besar. Ukuran encehini tentu saja berhubungan dengan jumlah apem yang akan dibuat hingga ratusan untuk keperluan puncak Tingalan Jumenengan Dalem.

Keesokan harinya atau pada 28 Rejeb (4 April 2018) jladrenyang telah mengembang karena didiamkan selama semalam, mulai dimasak dalam prosesi Ngapem. Dari sekian banyak jenis kue, apem terpilih karena konon nama makanan ini berasal dari kata "Afwan" yang bermakna "maaf" dalam Bahasa Arab. 

Pembuatan apem dimaksudkan untuk memohon ampunan kepada Sang Pencipta. Tradisi pembuatan Kolak Apem juga biasa dilakukan masyarakat Jawa menjelang bulan Ramadan dengan pemaknaan yang sama. Prosesi ngapem ini juga dilaksanakan di tempat yang sama dengan prosesi sebelumnya dan tetap hanya dikerjakan oleh para perempuan, baik keluarga Sultan maupun abdi dalem.


Tidak sembarang perempuan bisa mengikuti prosesi ini, terdapat aturan tambahan yang menyertainya. Selain harus dikerjakan oleh perempuan yang memakai pakaian lengkap sesuai aturan Keraton, pembuatan apem untuk Tingalan Jumenengan Dalem hanya boleh dilakukan oleh perempuan yang sudah menikah untuk membuat apem berukuran biasa, dan perempuan yang sudah memasuki masa menopouseuntuk membuat Apem Mustaka atau apem yang berukuran 10 kali lipat lebih besar dari ukuran apem biasa. 

Kelak, Apem Mustaka ini akan disusun mendatar setinggi tubuh Sri Sultan, sedangkan apem yang berukuran lebih kecil akan dibagikan pada acara puncak Jumenengan Dalem.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline