Lihat ke Halaman Asli

Rizal Bagus Permana S.Ds.

Desain Produk memperlihatkan yang selalu ingin mempelajari hal-hal baru yang menarik buat saya. Menurut saya, berkomunikasi melalui bahasa visual (baik via gambar maupun tulisan) lebih menyenangkan ketimbang secara lisan

Sunan Drajat Cosplayer Film Trilogi Thor

Diperbarui: 31 Januari 2021   13:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SAHABAT VEKTOR SUNAN DRAJAT COSPLAY FILM TRILOGI THOR (@Sahabat Vektor)

Kisah Sunan Drajat

Beliau adalah putra Sunan Ampel dari seorang ibu bernama Dewi Candrawati atau lebih dikenal dengan sebutan Nyai Ageng Manila,bernama Syarifuddin atau Raden Qosim. Beliau adalah adik dari Sunan Bonang yang dilahirkan 3 tahun setelah kelahiran Sunan Bonang.  

Sebagaimana kakaknya, sejak kecil Raden Qosim banyak belajar dengan ayahnya, pada masa muda Raden Qosim juga banyak membantu ayahnya berdakwah, sehingga ia sudah banyak mengenal lingkungan sekitarnya dan memahami kebudayaan masyarakat yang turun temurun. Ketika bekal untuk berdakwah sudah cukup di miliki maka Raden Qosim diperintahkan oleh Sunan Ampel untuk berdakwah ke pantai utara Iawa Timur.  

Dengan menumpang perahu banjang iapun berlayar ke laut Jawa melalui selat Madura, kebetulan kelima awak kapal itu orang Hindu, sehingga sebelum berlayar terlebih dahulu mereka membuat sesajen untuk dewa penjaga laut. Melihat hal ini, Raden Qosim memberikan penjelasan kepada mereka tentang pembuatan sesajen yang baru saja mereka lakukan. Terhadap penjelasan Raden Qosim mereka tidak memperdulikannya dan bahkan mengolok-olok dan terus mentertawakan Raden Qosim, sampai akhirnya badai pun datang. 

Perahu yang ditumpangi Raden Qosim tenggelam dan kelima awak kapal itu tenggelam tanpa memperoleh pertolongan, lain halnya dengan Raden Qosim begitu kapal itu tenggelam datanglah seekor ikan hiu dengan beberapa ekor ikan Talang yg mengawalnya. Raden Qosim naik punggung ikan hiu itu dan mendarat di perkampungan penduduk. Perkampungan inilah yg kemudian dikenal dengan sebutan Jelak, terletak di Wilayah Desa Banjarwati kecamatan Paciran yg sekarang.  

Beberapa hari setelahnya, di pantai dusun Jelak ini ada 5 orang yg terdampar dalam keadaan menyedihkan. Kemudian para penduduk dusun tersebut menolong sampai tersadar dari pingsannya. Penduduk inipun menceritakan kepada kelima orang yang ditemukannya, bahwa beberapa hari sebelumnya ditempat itu ada seorang pemuda mendarat dengan naik ikan hiu. 

Mendengar cerita itu kelima orang itu bermaksud menemuinya dan memohon ampun kepada Raden Qosim yang telah mereka hina selama dalam pelayaran. Sampailah mereka di rumah kepala kampung untuk menemui Raden Qosim, kelima orang itupun bersujud memohon ampun kepada Raden Qosim. Kelima orang itu akhirnya menyatakan diri untuk mengikuti Raden Qosim. 

Di dusun Jelak inilah Raden Qosim mulai mengajarkan ajaran Islam. Tidak lama kemudian, disebelah selatan dusun jelak, Raden Qosim mendirikan langgar tempat mengaji dan sholat, yang kemudian berkembang menjadi Masjid dan Pesantren. Penduduk baru pun mulai berdatangan sehingga yang awalnya sepi menjadi perkampungan yang ramai. Kampung inilah yang sekarang disebut Banjaranyar yang berarti kampung baru. Beliau menyampaikan ajaran yang berbunyi:  

Menehono mangan marang Wong kang kaluwen, Manehono ngeyup marang wong kang kaudanan, Manehono busono marang wong kang wudo.  

Artinya:  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline