Lihat ke Halaman Asli

Risma Indah L

Pendidik dan penikmat hobi

Sebelum Menjadi Leader, Belajarlah Jadi Follower

Diperbarui: 24 Oktober 2019   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi leader dan follower (Sumber: leadthechange.asia)

Banyak orang ingin jadi pemimpin, dan merasa gengsi untuk jadi pengikut. Sebaliknya banyak orang juga, lebih suka jadi pengikut dan tidak mau susah susah untuk jadi pemimpin. Padahal menjadi pemimpin atau pengikut, menurut pendapat saya adalah sama-sama proses alamiah dalam kehidupan ini. Ibarat roda yang berputar, silih berganti sisi atas dan bawah.

Leader dan follower, sama sama membutuhkan. Bisa dibayangkan jika ada pemimpin yang tidak punya pengikut, apakah pantas disebut pemimpin? Lantas siapakah yang dia pimpin? Sebaliknya pengikut tanpa pemimpin akan kacau balau, tidak tahu tujuan kemana akan melangkah. Setiap orang punya peran dan porsi masing- masing dalam kehidupan ini.

Saya teringat sebuah peristiwa, yakni deklarasi siswa SMU kolese de Britto sebuah sekolah swasta di Yogyakarta. Mensikapi gelombang demo baru-baru ini yang juga melibatkan pelajar. 

Para siswa ini menyatakan bahwa siswa sekolah mereka memilih bersikap untuk tidak melakukan atau turut terlibat dalam aksi demonstrasi. Ada kata-kata menarik yang saya garis bawahi, intinya yaitu "Kami bukan follower, kami adalah leader".

Saya mengapresiasi kalimat ini dan salut bahwa para remaja ini sadar betul akan kemampuan seorang leader, yakni secara bijaksana menentukan arah dan sikap berpikir, juga secara mandiri menentukan tindakannya. Hanya sedikit kritik bahwa ada pemikiran sempit jika menganggap pelajar yang memutuskan ikut demonstrasi kemudian disebut follower

Hal ini juga sempat dikritik oleh salah satu alumni sekolah bersangkutan sebut saja Donny Verdian dalam tulisan di blognya. Bahwa jangan mempersempit sebuah pengertian leader-followers, dengan hanya membedakan ikut demo dan tidak.

Tulisan mas Dony Verdian dalam blognya memberi pencerahan bagi saya bahwa bahkan seorang follower pun punya keputusan dan sikap sendiri. Punya alasan sendiri mengapa ia memutuskan atau memilih untuk menjadi pengikut seseorang atau terlibat dalam suatu kegiatan tertentu.

Gambar: pixabay.com

Suka atau tidak, kita semua ini adalah follower pada awalnya. Pasti kita sadari bahwa banyak kemampuan-kemampuan dasar kita, diperoleh dari hasil mengikuti atau meniru. 

Sebut saja kemampuan berbicara atau berbahasa. Ketika kecil kita meniru, memperhatikan, dan mengikuti para orangtua dan dewasa yang berkata-kata. Termasuk pula kemampuan yang lain seperti cara kita makan atau merespon situasi. 

Coba saja prediksikan bagaimana jika sejak lahir kita dibesarkan oleh sekawanan kera misalnya, tanpa pernah bertemu manusia. Seperti apa kiranya pembawaan kita?

Kemampuan-kemampuan dasar itu tentunya kemudian dipoles kembali dengan pendidikan dan pengalaman. Kita semakin belajar pada yang lebih ahli. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline