Lihat ke Halaman Asli

Nur Farihatul Khoiriyah

being inspired and addicted to someone

Gadget Vs Anak-anak

Diperbarui: 20 Maret 2021   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: CNN Indonesia

Sekarang ini memang zamannya media baru dimana teknologi semakin bertambang canggih. Manusia dibuat seakan-akan tidak bisa hidup tanpa adanya teknologi. Apalagi disaat pandemik seperti ini yang memang semua diharuskan melalui virtual tak lain menggunakan teknologi. Mulai dari anak sekolah hingga para pekerja semua berhubungan dengan teknologi. Maka disaat seperti ini jika gagap akan teknologi akan sangat sulit.

Gadget adalah salah satu teknologi yang sangat melekat pada manusia. Hampir semua orang di muka bumi ini memiliki gadget. Karena saat ini gadget tidak bisa dipisahkan lagi dari kehidupan masyarakat unutk menjalani kesehariannya. Bahkan, penggunaan gadget ini sudah mulai mempengaruhi anak-anak.

Berdasarkan data yang dilansir oleh New York Times, 70 persen orang tua mengaku mengizinkan anaknya untuk bermain gadget pada usia 6 bulan sampai 4 tahun, ketika mereka sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Selain itu, sebanyak 65 persen orang tua juga melakukan hal serupa untuk menenangkan anaknya saat brada di tempat umum.

Jika anak-anak sudah terpengaruh oleh gadget maka disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan. Beragam dampak yang ditimbulkan dari gadget nyatanya berpengaruh langsung pada mental dan tumbuh kembang anak hingga anak beranjak dewasa. Sebagai orang tua harus bisa menerapkan mindset terhadap anak bahwa penggunaan gadget harus ada aturannya.

Di Jepang sendiri mulai Februari 2020 diberlakukannya pembatasan penggunaan ponsel atau gadget pada anak-anak. Peraturan ini diberlakukan oleh Prefektur Kagawa Jepang. Nantinya, anak-anak tidak diperbolehkan menggunakan ponsel mulai jam 10 malam.

Seorang pejabat parlemen Kagawa berpendapat bahwa banyak dampak negative yang dilihat dari penggunaan game dan internet bagi anak-anak di Jepang yang ketagihan bermain game dan internet melalui ponsel mereka. Peraturan pembatasan penggunaan ponsel tersebut hanya berlaku bagi anak-anak dibawah usia 18 tahun. Adanya peraturan tersebut menimbulkan pro dan kontra. Akan tetapi, masyarakat lebih cenderung menyetujui untuk memberlakukan peraturan pembatasan penggunaan ponsel tersebut.

Tujuan dari diberlakukannya peraturan tersebut untuk mencegah anak-anak kecanduan terhadap gadget. Anak jangan sampai terkena screen addict.

Screen addict yang dimaksud ialah kecanduan menatap layar baik ponsel, tablet maupun televisi. Paparan tontonan dan permainan seperti ini juga memicu anak kurang memiliki rasa empati dan simpati terhadap lingkungan sekitar.

Bisa dilihat sekarang ini anak-anak yang masih dibawah umur bahkan masih tergolong balita pun sudah mahir bermain gadget. Terkadang orang tua kurang memperhatikan dampak untuk anak-anak yang sudah kecanduan gadget. Para orang tua hanya berfikir dengan diberikannya gadget anak-anak tidak rewel dan tidak mengganggu orang tuanya. Banyak kejadian, anaknya diberi gadget agar orang tua tidak terganggu saat bermain ponsel sendiri. Ini adalah salah satu tindakan yang salah.

Bisa jadi anak yang sudah terkena screen addict ini  mengalami ketergangguan kesehatan mental. Bahayanya gadget bagi anak dapat menimbulkan masalah kesehatan mental, perubahan perilaku, hingga depresi. Anak menjadi lebih agresif dan mudah marah atau tersinggung jika orang tuanya tidak memberi akses untuk menggunakan gadget. Iritabilitas juga akan sangat mempengaruhi keterampilan lainnya pada anak khususnya dalam hal menahan diri, berpikir, dan mengendalikan emosi. Padahal, keterampilan pada anak ini membentuk dasar untuk kesuksesan di masa depan sang anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline