Lihat ke Halaman Asli

Ending Itu Bukanlah Akhir

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Hidup adalah sebuah rangkaian kisah-kisah yang akan terus berlanjut dan tak memiliki akhir..
Cerita tentang hidup baru akan berakhir ketika seseorang meninggal dunia"

Kita semua pasti pernah menonton film atau membaca sebuah cerita di novel. Dalam cerita-cerita tersebut (terutama yang fiksi) kita akan melihat kalau sesungguhnya cerita itu dibagi
menjadi beberapa bagian.. mulai dari pengenalan karakter tokoh-tokohnya, munculnya masalah, klimaks, antiklimaks, dan ending.. walau sekarang urutannya tidak mutlak seperti itu lagi, namun plot dasarnya biasanya masih mengacu pada bagian-bagian tadi.
Khusus bagian terakhir... Ending, adalah bagian yang cukup vital untuk memberikan kesan tersendiri dalam sebuah cerita. Saya katakan vital karena ending adalah tujuan akhir dalam sebuah film. Ibarat dalam sebuah perjalanan, ending adalah tempat yang akan kita kunjungi, sedangkan plot lainnya adalah proses dalam perjalanan itu sendiri yang melibatkan transportasi dan juga orang orang lain. Ending sebuah cerita bisa berakhir manis.. namun bisa juga sebaliknya. Yang mana itu akan mempengaruhi suasana hati sang penikmat cerita setelah meninggalkan bioskop ataupun menutup lembaran terakhir novel.

Dengan selesainya bagian ending, maka sebuah cerita dikatakan telah berakhir....
penonton di bioskop pulang karena film telah usai, sedangkan pembaca novel harus mengakhiri bacaannya karena kehabisan lembaran yang harus dibaca.
itu pasti terjadi!

Dan seperti yang tertulis di atas, hidup adalah merupakan rangkaian dari kisah-kisah. Dengan kata lain, akan ada banyak sekali kisah yang mewarnai hidup kita sepanjang hidup ini. Jika difilmkan, mungkin ada beratus-ratus atau bahkan beribu-ribu film yang bisa dibuat untuk menceritakan semua perjalanan dalam hidup seseorang secara rinci. Namun sayangnya, kisah-kisah dalam hidup yang sesungguhnya ini tidaklah memiliki ending seperti halnya cerita-cerita fiksi. Ya.. akhir dari sebuah cerita dalam hidup ternyata adalah sebuah awal dari cerita yang lainnya. Dan itu akan terus berlanjut kecuali orang tersebut meninggal dunia. (bahkan ketika seseorang meninggal pun terkadang cerita tentangnya masih bisa berlanjut).

Hukum sebab akibat berlaku disana.. Kita tidak bisa memaksakan untuk "happy ending" dalam sebuah kisah jika ternyata itu menjadi malapetaka untuk awal kisah yang selanjutnya. Contoh yang sangat sederhana, bisa kita lihat dari seorang pedagang pakaian..

Suatu hari yang cerah ia kedatangan seorang perempuan setengah baya yang sedang mencarikan pakaian untuk suaminya. melihat perempuan tersebut agak "katrok", pedagang tersebut mencoba meraup keuntungan sebesar besarnya dengan cara menjual pakaian dengan harga yang begitu mahal jauh melebihi harga jual yang sebenarnya. Kisah jual beli kali ini berakhir dengan "happy ending" baginya.

Namun sekali lagi.. ending dalam sebuah kisah adalah awal dari kisah yang baru. suatu ketika perempuan(pembeli) tadi terlibat satu obrolan ringan dengan tetangganya.. arah pembicaraan tiba tiba menjurus ke suami-suami mereka. Perempuan tadi bercerita kalau ia membelikan suaminya pakaian di toko sang pedagang tadi dengan harga sekian. Si tetangga tadi langsung terperangah.. ia tahu betul kalau pakaian yang dibeli perempuan tadi kemahalan untuk ukuran pakaian seperti itu. Maka, merekapun sepakat untuk mencap toko sang pedagang tadi dengan label "kemahalan". Dan label itu akan terus mereka sebarkan kepada tetangga-tetangga bahkan teman yang lain. Sebuah ending yang sangat buruk untuk sang pedagang.

Contoh di atas hanyalah sebuah contoh yang sangat-sangat sederhana tentang pemaksaan ending yang akan berakibat buruk bagi awal kisah selanjutnya. Ada banyak contoh-contoh lain yang lebih kompleks.. tentang cinta, misalnya..

Ahmad dan Kristin adalah sepasang kekasih yang sudah menjalin hubungan semenjak mereka masih duduk di bangku sekolah. Kisah cinta mereka begitu romantis, begitu ideal. Yang cowok tinggi dan tampan, yang cewek cantik dan tubuhnya proporsional.
Banyak sekali ujian akan kesetiaan mereka, karena keduanya memang sudah memiliki banyak fans semenjak sekolah dulu. Namun mereka berhasil melalui semuanya dan tetap setia menjunjung komitmen diantara keduanya. Sebuah kisah cinta yang sempurna..
Namun ada satu masalah yang menghalangi mereka untuk bersama. Mereka berbeda keyakinan!! Ahmad adalah seorang muslim, sedangkan Kristin adalah seorang penganut Protestan. Otomatis keluarga masing-masing dari mereka kurang menyetujui hubungan antara keduanya agar bisa melangkah ke jenjang perkawinan. Namun karena percaya dengan kekuatan cinta mereka, keduanya berusaha keras untuk meyakinkan keluarga mereka, menabung sebanyak-banyaknya dan kemudian menikah di luar negeri. Kedua insan itupun akhirnya bisa bersama. Happy Ending!!

ya, seandainya saja cerita ini bisa diputus sampai disana saja. maka cerita mereka akan menjadi kisah yang begitu indah tentang perjuangan cinta sejati yang tak mengenal perbedaan.

Sayangnya selama mereka masih hidup di dunia, cerita mereka belum akan berakhir. Sekali lagi, ending tadi hanyalah sebuah awal dari sebuah cerita yang baru lagi.
lalu di cerita kelanjutannya apakah mereka bisa bahagia? Mungkin tidak!! karena masalah terus menghampiri mereka yang terlalu memaksakan happy ending di cerita sebelumnya.
Masalah di kantor pencatatan perkawinan, status anak, pengakuan negara, cemooh tetangga, adalah sedikit dari sekian banyaknya masalah yang akan muncul karena keputusan mereka ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline