Lihat ke Halaman Asli

Rinta Wulandari

TERVERIFIKASI

Dear Rafan,

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1412347594773568512

[caption id="attachment_345804" align="aligncenter" width="303" caption="dok.pribadi. baby rafan, beberapa hari"][/caption]

Hari itu tanggal 11 Agustus 2014, dengan berat hati kau dipaksa keluar dari rahim bundamu. Padahal umur kandungan baru 8 bulan. Itu karen abundamu yang mengidap PEB (Pre Eklamsi Berat) saat kau di perutnya. Kau dengan sukacita berenang-renang di air ketubannya, namun tekanan darah bundamu kian naik dan tak turun-turun. Nah akhirnya di RSIA Puri Betik Hati, dokter Budi Syambudi, Sp.OG mengeluarkanmu lewat operasi caesar, karena khawatir tekanan darah bundamu kian tinggi dan beresiko pada ibu dan bayi.

Malam itu aku tak ikut menunggu di rumah sakit, aku hanya dirumah. Berdoa kepada Sang Pemberi Keputusan. Ternyata engkau lahir, dengan baik. Aku selalu memantau dari Profil Massage andung mu, iya itu ibu aku. Alias nenek mu. Gaul ya?haha. mungkin kelak saat kau bisa baca kau akan terkekeh membaca postingan ini. Oh ya, kau mau tau, apa yang pertama kali aku tanya ke andung mu? Ini yang aku tanya.. “Ma, lengkap? Anusnya ada kan?” iya serius. Itu yang aku tanya. Seketika BBM dibalas, “Alhamdulillah lengkap”. Yak. Walaupun berat mu hanya 2,2 kg dan panjang 42 cm. Wajar, kamu premature.

[caption id="attachment_345811" align="aligncenter" width="303" caption="dok.pribadi"]

1412348089855126902

[/caption]

[caption id="attachment_345812" align="aligncenter" width="303" caption="dok.pribadi"]

14123481581081831298

[/caption]

Kamu hanya dimasukan dalam inkubator selama 2 hari. Ternyata ada kisah dibalik itu. Jadi cerita ayahmu. Di RS itu inkubator penuh, akhirnya kamu tidur bareng sama bayi yang beratnya lebih kecil lagi. 1,6 kg berat bayi itu. jadilah, karena terpaksa, kamu harus berada di inkubator yang sama. Untungnya kamu lebih besar dari nya ya. Hehe. Dan beberapa hari kemudian, ternyata si bayi 1,6kg itu meninggal dunia. Maka paniklah kedua orangtua mu. Tapi tak apa, kau lahap menyusu. Itu yang keren. Oh ya, tercetuslah nama lengkapmu; Rafan Faheem Al-Farizqi Simanungkalit.

[caption id="attachment_345805" align="aligncenter" width="303" caption="dok.pribadi"]

1412347662683540729

[/caption]

Saat Bundamu di perbolehkan pulang oleh dr.Budi, ternyata kamu boleh pulang juga oleh dokter Iqbal selaku dokter anak disana. Padahal berat badanmu masih 2,2 Kg. Ada pertimbangan lain disisi dokter itu. Mungkin karena tahu tantenya calon perawat yang biasa mengurusi bayi saat dinas? Haha padahal belum kenalan sama sekali nih :”

Hari itu isi rumah penuh semangat. Andung dan datuk mu (baca:ayah dan ibuku), sangat antusias menyambut cucu perdananya. Maka dibuatkanlah berbagai sayur bening yang akan menghasilkan air susu ibumu yang banyak. Tentu akupun bersemangat.

Dear Rafan,

Saat kamu sudah di rumah, apa yang terjadi? Rumah jadi ramaaaai. Bukan karena tangisanmu, tapi karena banyak yang datang hehe, karena semasa kamu beberapa hari dirumah, kamu tiduuur terus. Jarang nangis. Sampai memandikan pun gak tega, karena takut kamu kedinginan. Jadi hanya di washlap. Kamu mungil banget. Tapi kamu berpengaruh besar, rumah terasa hangat. seperti ada satu fokus yang membuat kami terpaku. Kamu. Kami melihat tingkahmu, mengercap, melirik, menggeser sedikit kepala, bergerak-gerak dalam dekapan bedong hangat.

[caption id="attachment_345806" align="aligncenter" width="303" caption="dok.pribadi. lihatlah, ada datuk, andung, dan om Haikal yang hanya memperhatikanmu seorang hehe. mungil bangeet kaan"]

14123477201771877411

[/caption]

Kini, sudah hampir 2 bulan kau melihat dunia. 1 bulan 20 hari sudah kau ada disini. Semakin hari tubuhmu makin gempal, berisi, menyusu mu makin kuat hingga gumoh. Dan akhirnya di sumpal empeng untuk menghindari kelebihan isi perut. Beberapa minggu jika kami ingat, kami menimbang berat badanmu. Bukan, bukan dengan timbangan bayi. Disini belum punya yang begitu. Eh waktu itu dikasih sama tanteku, adiknya nenekmu yang perawat, aku memanggilnya Cinda Ir. Eh ternyata itu timbangan bayi rusak -_-. Jadilah aku mengakali menimbangmu dengan timbangan manusia biasa. Kami bergantian menimbang diri, kemudian menimangmu. Lalu kami kurangi berat badan awal dengan berat badan setelah menimangmu. Nah hasilnya itu adalah berat badanmu.

[caption id="attachment_345813" align="aligncenter" width="303" caption="dok.pribadi. beberapa hari di dunia"]

14123482151242738505

[/caption]

[caption id="attachment_345807" align="aligncenter" width="303" caption="dok.pribadi"]

1412347813951386377

[/caption]

Kami senang, karena sampai hari ini berat badanmu mencapai 4,5 kg. Tubuhmu makin berisi, lehermu makin tenggelam ditutup pipimu dan dagu mu menumpuk lemak. Haha but its ok, ini masa mu untuk tumbuh. Ada beberapa kebiasaanmu yang agak ngeselin tapi menggemaskan. Saat itu kamu kentut perdana dengan suara yang menggelegar. Keras. Di suasana rumah yang lagi hening. Kamu membuat kami tertawa. Menguap, itu fase yang terus kau ulang saat tubuhmu masih mungil, tapi masih kau lakukan hingga kini.hehe.

[caption id="attachment_345808" align="aligncenter" width="303" caption="dok.pribadi. si genduuut rafan. satu bulan"]

14123478661955376928

[/caption]

Oh ya, aku jadi ingat, waktu itu aku membersihkan pup mu. Begitu telatennya tante mu ini. biasa perawat *uhuk. Sampai, aku disembur oleh mu. Aku ulang ya kisahnya, jadi siang itu kau pup banyaaak sekali, padat cair. Mungkin karena kau ditunjang ASI dan susu bayi premature. Jadi sudah beres aku bersihkan. Seketika dengan wajah yang biasa saja, tanpa mengedan, kau kentut dan menyemburkan air beserta pup mu. Dan itu terjadi ketika aku mengangkat kedua kakimu. Maka, penuhlah. Penuhlah tanganku, betisku, yang saat itu sedang duduk diatas kasur. Tanganku penuh dengan pup mu -_-. Tapi tak apa, tenang. Aku tak akan marah. Ini adalah selingan yang menggemaskan *muka merah*. Oke keesokan harinya, aku mengganti popok mu di jam yang sama, pukul 3 siang. Apa yang terjadi? Lagi-lagi kau menyemburku dengan pup. Tapi tenang, pengalaman memang guru terbaik. Dengan sigap aku menutupnya dengan pampers yang lama, sengaja tak aku gulung lebih dahulu. Amanlah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline