Lihat ke Halaman Asli

Taufik Rohmatul Insan

Pembaca (walau jarang) Novel, Cerpen, Puisi dan Esai Politik, Hukum, sejarah dan Kebudayaan

Muadz dan Kucing

Diperbarui: 1 Agustus 2022   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: Pexels

Sebagaimana hari libur pada umumnya, tidak banyak yang bisa aku lakukan selain merapihkan kasur lalu melirik sederet buku yang terbaris memanjang di lemari ruang tengah rumah. Jika ada yang menarik mata seketika, maka akan menjadi pengisi waktu libur yang bahagia. Tetapi pagi itu tidak ada yang merayu pandangan.

Karena tidak mendapatkan ketertarikan terhadap buku, maka Handphone (Hp) akhirnya menjadi teman pengisi waktu. Meski sebenarnya, banyak waktu ku yang habis bersama alat elektronik itu. Cerpen Mingguan Kompas yang aku temukan di layar Hp, akhirnya menarik mata. Cerpen itu berjudul "Tragedi Cinta Amangkurat" karya Ade Mulyono.

Karena jenuh betemankan sebuah Hp di kamar, akhirnya aku memutuskan untuk keluar mencari udara yang mulai menghangat di teras rumah. Tiba di bangku teras rumah, rupanya sudah ada anak kedua kakak saya bernama Muadz, sedang bermain-main dengan tumpukan permainan yang serba plastik.

"Mang, si Moni mati. Bau bangke," celetuk Muadz ketika melihat ku menghampiri.

"Mana, kok mamang gak nyium bau bangke?" Aku duduk di atas sofa tua sembari terus menatapnya bermain.

"Tuh liat geh di kolong," ucap Muadz dengan tangah mengarah ke bawah sofa tua yang sedang aku duduki.

Rupanya benar. Di bawak sofa itu tergeletak tak bernyawa, seekor kucing betina dengan bulu berwarna putih yang bercampur dengan warna cokelat dan hitam.

---

Kabarnya, Moni, Kucing kecil kesayangan keluarga itu, sempat terserempet pengendara roda dua, sebelum akhirnya ia menghembuskan nafas terakhir di bawah sofa di teras rumah.

Setelah ditemukan tak bernyawa, aku langsung mencari cangkul untuk menyiapkan sebuah lubang pemakaman di halaman rumah. Di tengah proses mencangkul, Muadz, putra kedua dari kaka ku tidak berhenti merecoki proses penggalian lubang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline