Lihat ke Halaman Asli

Rina Darma

Ibu Rumah Tangga

Ini Komitmen Saya Mengurangi Jejak Karbon

Diperbarui: 24 Oktober 2021   22:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Darma Legi

Mengurangi emisi karbon bagi saya seorang ibu rumah tangga sama artinya dengan mengurangi pengeluaran. Mengapa bisa begitu?

Namun sebelumnya, apa sih Net-Zero Emission (NZE)? Istilah NZE atau nol-bersih emisi sudah muncul sejak tahun 2008. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim tahun 2015 di Paris mewajibkan negara industri dan maju mencapai nol-bersih emisi pada 2050. NZE semakin populer usai Climate Leader's Summit yang digagas Presiden Amerika Serikat Joe Biden akhir April 2021.

Emisi karbon berasal dari sektor transportasi yang menyumbang sekitar 14 persen per tahun, industri dan pembangkit listrik berkontribusi sebesar 34 persen per tahun, dan kebakaran hutan dan lahan khususnya deforestasi berperan 17 persen per tahun. Namun, mengutip forest digest, secara alamiah manusia dan dunia tidak bisa tak memproduksi emisi. Manusia bernapas menghasilkan karbon dioksida (CO2). Jika dikalikan jumlah manusia sebanyak 7,8 miliar, emisi karbon dari napas manusia berkontribusi 5,8 persen terhadap volume emisi karbon tahunan.

Awalnya saya berpikir kalau tidak bisa tak memproduksi emisi, gagasan NZE ini sia-sia. Namun, kembali ke pengertian bahwa NZE adalah kondisi dimana jumlah gas rumah kaca (GRK) yang kita keluarkan ke udara sama dengan jumlah emisi yang kita serap kembali. Misalnya mengutip Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) jika ada karbon dikeluarkan sebesar 700 Metric Ton karbon maka emisi tersebut harus diserap kembali oleh sekitar satu hektar hutan mangrove atau lima hektar pepohonan. Hutan secara global mampu menyerap 20 persen emisi karbon, laut dan perairan 23 persen, sisanya tanah, dan yang tak tertampung menguap ke atmosfer.

United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) telah menetapkan enam macam GRK yang dihasilkan oleh kegiatan manusia. GRK tersebut adalah Karbondioksida (CO2), Metana (CH4), Nitro Oksida (N2O), Hydrofluorocarbons (HFCs), Perfluorocarbons (PFCs), dan Sulfur hexafluoride (SF6). Gas-gas tersebut secara alami menghangatkan suhu bumi. Namun, ketika semakin banyak GRK yang terperangkap di atmosfer menyebabkan suhu bumi meningkat lebih cepat atau dikenal dengan pemanasan global. Emisi karbon dijadikan referensi utama sebab karbon memiliki presentase terbesar di atmosfer sebanyak 60 persen.

Peningkatan GRK jika terus dibiarkan akan menaikkan suhu bumi yang diprediksi meningkat 3-4 derajat Celcius pada akhir dekade ini. Pemanasan global dapat menyebabkan beragam bencana yang sudah terjadi dari sekarang. Contohnya pergeseran musim, banjir, permukaan air laut meningkat, dan suhu ekstrim. 

Sumber: Forest Digest

Untuk itulah sangat penting berpartisipasi mewujudkan NZE. Dikutip dari Kompasiana, Indonesia menargetkan NZE selambat-lambatnya dapat dicapai tahun 2060. Berbagai kebijakan pembangunan rendah karbon pun diterapkan di berbagai sektor, salah satunya sektor energi seperti penurunan intensitas energi (Efisiensi Energi), pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT), penerapan Standar Kinerja Energi Minimun (SKEM), dan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).

Di sektor swasta, Indika Energy sebagai sebuah grup usaha yang memenuhi kebutuhan energi, sekaligus menangani proyek strategis energi dan infrastruktur memilikit target untuk dapat mencapai NZE pada 2050. Indika Energy menjadi perusahaan Indonesia yang agresif dalam mencapai netral karbon.

Sumber: Indika Energy

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline