Tidak lama lagi akan adanya peralihan kursi jabatan dari presiden ke-7 Indonesia kepada penerus pemimpin pilihan rakyat. Pak Joko Widodo merupakan pelajar yang mendalami lingkungan hidup di masa mudanya. dan tentunya kita semua perlu mengetahui hasil kinerja yang telah dilakukan dan apa saja dampak yang telah diberikannya kepada negara ini. Selain itu maraknya agenda defroestasi semakin sering kita dengar di berbagai medai. Kita semua setuju bahwasanya permintaan lahan untuk keperluan infrastruktur kian meninggi. Akan tetapi ketersedian lahan yang semakin hari semakin menipis tidak bisa menumpung berbagai permintaan segala manusia.
Berdasarkan laporan KLHK yang dilaporkan melalui antaranews dan bisa ditelaah lebih lanjut di forestdigest. Semenjak masa jabatan Pak Presiden Jokowi yakni 2019-2024 terdapat gambaran adanya usaha untuk melawan deforestasi. Dari 2019 - 2024 terdapat penurunan jumlah deforestasi yang terjadi di Indonesia.
Menggunakan tahun 2019 sebagai acuan utama, pada 2020 jumlah deforestasi sebesar 25% dari periode 2019 (462.460 Ha) dan agka reforestasi sebesar 0,79% dari jumlah deforestasi pada tahun 2019. Proses penurunan jumlah lahan yang menjadi target deforestasi kian hari kian menipis dan pengurangan tersebut berada di kisaran 17% dan ditutup di tahun 2023 sebesar 17%. Akan tetapi angka reforestasi masih menjadi pekerjaan utama untuk dikerjakan. Hal tersebut dikarenakan angka reforestasi hanya bisa memulihkan 3% lahan dari lahan yang telah di alihkan fungsi.
Hal tersebut sudah menjadi harapan besar bagi kita semua untuk bisa memulihkan lahan hutan yang telah dialihkan fungsi. Kita memiliki harapan besar untuk bisa berkurangnya angka deforestasi dan meningkatnya angka reforestasi. Tidak hanya Pasangan Capres No. 3 saja kita berharap. Tetapi kepada seluruh lembaga pemerintah penerus era Presiden ke-7 Joko Widodo.