Lihat ke Halaman Asli

Riki Hifni

Seseorang yang mengagumi kata-kata

Cacatnya Politik Kampus: Menerka Ulang Definisi Kampus Sebagai Miniatur Negara

Diperbarui: 7 Oktober 2023   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabardamai.com

 

Semenjak saya masih berstatus sebagai mahasiswa baru, saya berulang kali mendengar ucapan baik dari kakak tingkat, dosen, maupun teman seperjuangan, bahwa kampus adalah miniatur sebuah negara. Simpelnya seperti ini; jika kalian ingin melihat sebuah konsep negara, maka kalian cukup melihat dan menganalisis sebuah universitas atau kampus. Saya dulu sempat mengamini apa yang mereka ucapkan, tetapi kini saya malah merasa muak ketika ucapan tersebut diucapkan.

Di antara hal yang membuat saya muak adalah apa yang mereka ucapkan itu nyatanya tidak sesuai dengan realita yang ada. Bukan bermaksud untuk menggeneralisir, bahwa yang mereka katakan ada (sedikit) benarnya juga. Namun, saya meyakini bahwa apa yang mereka katakana lebih banyak yang nggak sesuai dengan kenyataan.

Ketika kampus dikatakan sebagai miniatur negara, hendaknya mahasiswa sebagai aktor dapat bekerja secara profesional selayaknya mereka yang menyandang status sebagai wakil rakyat. Itu seharusnya. Realitanya, mereka bekerja seadanya dan sama sekali nggak mencerminkan wakil mahasiswa.

Hal yang pertama kali saya amati adalah urgensi kedudukan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) maupun DEMA. Kedua nomenklatur tersebut merujuk pada organisasi yang sama, ya cuma beda penyebutan. Pertanyaan saya adalah, apa sih urgensi BEM?

Jika kita lihat dari segi hakikat, BEM sendiri adalah wakil mahasiswa. Yang saya pertanyakan adalah yang mereka wakili itu mahasiswa yang mana? Bukankah mereka itu mewakili kelompok mereka sendiri?

Selanjutnya, yang perlu diperhatikan adalah kinerja BEM itu sendiri. Hanya sedikit BEM yang bersedia mewakili keprihatinan mahasiswa yang mereka pimpin. Sebagai contoh, kinerja BEM umumnya terbatas pada diskusi, pertemuan dengan pihak berwenang, dan demonstrasi. Namun, jika kita melihatnya secara proporsional, hanya sebagian kecil pengurus yang benar-benar aktif terlibat dalam kegiatan tersebut. Pertanyaannya adalah, di mana peran aktif pengurus lainnya?

Masalah lain adalah terkait dengan jabatan mereka. Sebutan "presiden mahasiswa" mungkin tidak selaras dengan tugas dan tanggung jawab yang mereka emban. Ini hanya sebagian dari berbagai keresahan, belum lagi masalah pertanggungjawaban, program kerja, maupun pengelolaan dana yang ngawur dari mereka.

Kepentingan Kelompok yang Mendominasi 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline