Lihat ke Halaman Asli

Rika Apriani

Writer, author, blogger. Nama Pena: Zanetta Jeanne.

Tunggu Aku Kembali

Diperbarui: 13 Mei 2024   19:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pexels.com/Matthew Barra

Adi terdiam di kamar hotelnya. Badannya remuk redam setelah seharian mengayuh becak mengelilingi kota menelusuri jalan-jalan kenangan. Jalan-jalan yang dulu ia lalui bersama gadis pujaannya sepuluh tahun yang lalu. Tiba-tiba telepon genggamnya berdering.

“Halo, ya Jer. Iya, becak ayahku kamu taruh aja di depan rumah. Ingat ya Jer, jangan sampai ada yang melihat. Kamu mesti hati-hati.” Sahut Adi menjawab telepon Jerry asistennya. Kemudian ia menutup teleponnya dengan perasaan gundah.

“Apa yang harus aku katakan pada ayah ibuku?” Gumam Adi dengan suara lirih. Pikirannya berkecamuk. Ia bingung harus memulai dari mana jika ia hendak memberitahu kepada orang tuanya bahwa ia sekarang sudah kaya raya. Bergelimang harta. Tak kurang suatu apapun.

Aku khawatir ibu dan ayah akan tidak percaya akan hal ini. Aku takut mereka tidak bisa menerima kenyataan ini. Aku tidak mau ayah dan ibu berpikir yang tidak-tidak akan kekayaan yang aku dapatkan. Aku takut mereka akan menyangka aku berbuat kriminal untuk menguasai harta yang sekarang aku miliki. Kalimat-kalimat tersebut berseliweran dalam kepala Adi saat ini.

Ia mencoba berbaring dan beristirahat di kamar hotelnya yang sejuk ber-AC. Kedua tangannya menopang kepalanya yang berada di atas bantal. Seketika pikiran Adi terbawa ke masa yang silam.

Adi kecil berjalan sambil bersiul-siul menuju rumah tetangganya. Rumah megah nan putih yang dihuni oleh seorang gadis cantik. Gadis idaman yang selalu menempati seluruh isi kepalanya selama ini.

“Ting tong!” Suara bel di pintu yang dipencetnya berbunyi nyaring. Adi perlahan merogoh kantong celana sebelah kanan untuk memastikan bahwa masih ada kotak kecil di situ.

“Eh, Adi.” Ica menyapanya dengan ramah saat membuka pintu.

“Yuk, masuk ke dalam.” Sahut Ica lagi sambil mengajak Adi masuk ke dalam rumah.

“Di bawah pohon jambu itu aja yuk, Ca.” Jawab Adi menggelengkan kepala sambil menunjuk ke arah pohon jambu air di halaman depan rumah Ica.

Mereka berdua berjalan menuju pohon jambu air yang teduh, lalu duduk di bawahnya. Angin bertiup semilir membuat suasana di sore hari itu terasa adem dan nyaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline