Lihat ke Halaman Asli

Kereta Cinta

Diperbarui: 29 Juli 2022   20:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Secara Teologi, kereta mewakili faham fatalisme (jabariyyah) yang cukup sempurna. Kereta bergerak dan berhenti pada jalur, tempat, dan waktu yang terpola. Kita tidak bisa mengendalikan perjalanannya sesuai kehendak kita.

Kaitannya dengan cinta, sepertinya kita suka berpikir bahwa hidup kita akan terlihat seperti jalur kereta yang panjang, mulus, dan tidak terputus yang terbentang di depan (utopia). Padahal, jalur kereta selalu beriringan dengan terowongan gelap gulita (distopia).

Kemudian, Stasiun melambangkan bahwa seseorang dapat pergi dari satu titik ke titik lain, kemudian berlalu. Seperti itulah Cinta, kita dipertemukan di stasiun A, kita tidak tahu siapa yang akan turun terlebih dahulu di stasiun B. Sebab, pertemuan ini dirancang untuk temporal kronikal, bukan abadi.

Sebagai dramatisasi petualangan spiritual dan emosional, kereta menyediakan ruang yang tepat untuk bermeditasi dan berkontemplasi tentang hakikat perjalan hidup kita. Bagi Michael Foucault, kereta merupakan heteropia. Ada ruang lain antara utopia dan distopia.

Bila tiba waktunya, naik kereta harus siap turun, seperti halnya perjalanan cinta, harus siap BERAKHIR. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline