Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Tanah Tumpah Darah

Diperbarui: 21 Oktober 2019   22:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber ilustrasi : pixabay

Berharap kepadamu, Bu. Menjadi tanah tempat tumpah darah. Begitu bimbang membaca tetesan air mata. Pada saat kering. Dia tiada. Aku kehilangan tempat tumbuh. Sebelum tunas. Aku hanya biji tanpa kuasa apa-apa. Sebelum air mata kasih sayang. Mengajariku bagaimana menjadi pohon. Pada rindangku. Kau tanah yang lembab.

Kenangan tumbuh dari jutaan doa. Aku akan ingat di selarik jalan ini. Menjadi puisi yang mengalir di alir bayu. Sebelum membadai. Aku lupa tanah tumpah darah itu, Bu.

Merdeka dari apa, Bung. Dari keterjagaan tidur panjang? Merdeka dari bebal kebodohan sebelum kekal.

Kenangan itu, dari air mata aku tumbuh. Syair itu tetap melodi yang tetap dirawat. Musik itu tak akan sumbang.

Ujung Kata, 1019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline