Lihat ke Halaman Asli

riap windhu

TERVERIFIKASI

Perempuan yang suka membaca dan menulis

Sepeda, Tubuh yang Sehat, dan Kisah yang Mengikutinya

Diperbarui: 25 Maret 2016   23:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Bersepeda, Olahraga untuk kesehatan tubuh, yang disukai dewasa dan anak-anak (foto:riapwindhu)"][/caption]BEROLAHRAGA  sekaligus melihat keindahan pemandangan alam. Selain tubuh yang sehat didapat, banyak hal menarik yang bisa ditemui sambil menghirup kesegaran udara pagi. Itulah jenis olahraga yang selalu saya cari dan saya inginkan setelah menjalankan rutinitas kerja sehari-hari selama sepekan.

Melalui bersepeda, semua itu saya peroleh. Buat saya, bersepeda tidak hanya sekedar kaki mengayuh pedal sehingga roda sepeda berputar dan menggelinding jauh melintasi jalan demi jalan.

Dengan bersepeda, tubuh menjadi lebih sehat dan terjaga. Seluruh tubuh bergerak. Rasa hangat perlahan terasa di tubuh saat kayuhan sepeda semakin jauh. Keringat pun mulai berjatuhan dari kening. Kaus yang dikenakan akhirnya basah keringat.

“Hangat kan, badanmu?” tanya Nirwana, kawan sekaligus rekan kerja saya, saat pertama kali mengayuh sepeda menyusuri jalan-jalan raya Sudirman-Thamrin, Jakarta, delapan tahun lalu.

Sesungguhnya saya memang sudah suka bersepeda sejak masa kecil. Sewaktu duduk di sekolah dasar (SD), saya sangat bersuka cita saat bapak pulang menggunakan sepeda motor, datang membawa sepeda kecil roda empat.

Sepeda kecil dengan karakter gambar kastil putri. Bangga rasanya memiliki sepeda. Tidak peduli kaki yang sakit dan penuh luka saat belajar mengayuh sepeda roda dua, tepatnya ketika roda kecil di samping kiri dan di samping kanan mulai dilepas.

Termasuk di antaranya adalah menabrak tukang mie dorongan saat kebut-kebutan bersepeda. Segera menghindar dengan penuh pucat pasi ketakutan berpadu dengan rasa sakit di tangan, saat salah satu spion mobil yang tengah terparkir retak begitu terhantam setang sepeda.

Ah, banyak sekali kisah yang telah terjalin melalui kayuhan sepeda. Kendaraan kayuhan roda dua inilah yang menemani saya, saat sekolah dasar hingga sekolah menengah untuk membantu bapak mengantarkan surat kabar harian, ke rumah-rumah pelanggan di sekitar wilayah Tanjung Duren, Jakarta. Meskipun ibu terkadang khawatir, hal ini bukanlah suatu  tugas yang berat buat saya  karena memang senang bersepeda sambil melihat apa saja yang ada sepanjang perjalanan.

[caption caption="Saat mencoba salah satu sepeda peserta fun bike beberapa tahun lal (foto:riapwindhu)"]

[/caption]Kesukaan untuk bersepeda ternyata tidak berkurang setelah dewasa. Saya merasa kagum  dengan rekan kerja saat itu. Nirwana, perempuan tangguh itu selalu datang menggunakan sepeda dari tempat tinggalnya di Pondok Pinang menuju ke kantor di wilayah Tebet. Dengan pakaian bersepeda, menggunakan atribut lengkap seperti helm dan lainnya, perempuan yang aktif di Bike To Work ini menularkan kembali virus bersepeda.

Saya akhirnya kemudian mengikuti sejumlah kegiatan fun bike. Pernah juga bergabung untuk bersepeda di malam hari dengan komunitas.Saya belajar dan semakin mengetahui jika perlindungan diri terhadap pesepeda merupakan hal yang sangat penting, terutama jika melintas di jalan raya.  

Penggunaan helm, masker, dan  kacamata adalah beberapa hal yang setidaknya harus ada.  Lampu penerang sepeda, bel penanda, ataupun tempat minum, juga harus dipersiapkan. Etiket dalam bersepeda pun ternyata ada, seperti tidak melawan arus dan sebaiknya mengikuti warna lampu lalu lintas. Tidak menerobos saat lampu lalu lintas berwarna merah. Mengambil sisi jalan untuk pesepeda yang saat ini mulai disediakan di sejumlah jalan raya ibukota Jakarta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline