Lihat ke Halaman Asli

YUSRIANA SIREGAR PAHU

TERVERIFIKASI

GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Ia Hadir di Kelas Sebagai Kejutan yang Tak Diharapkan

Diperbarui: 4 Oktober 2022   17:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mentari menampakkan tugasnya pagi ini. Cerah pilihan mentari hari ini setelah beberapa hari hujan. Burung gereja pun bertengger manja beberapa ekor di jok motor. Sebagian lagi mematuk-matuk aspal seolah-olah beruntung mendapat makanan di sana. Beberapa ekor lagi cueks terbang menari'nari.

Mereka riang melompat-lompat seolah mengajak menari bersama. " Maaf ya burung, aku mau ke sekolah,cicitku. Seolah mengerti, burung-burung itu mencicit menjawab cicitanku. Mereka terbang ke atap rumah tetangga depan.

Membaca bismillah dan doa akupun melajukan motorku. Sudah pukul 06.50. Berarti aku tiba di sekolah 07.11 paling lambat. Benar saja ketika wajah kuhadapkan ke mesin penjawab terima kasih dan akses diterima itu menampilkan angka 07.11.

Anak- anak sudah berdiri di lapanga  basket siap mengikuti  rutinas upacara tiap Senin. Ketika aku melewati lapangan itu mereka satu persatu menyapaku dengan senyum ramah. Akupun membalas tak kalah ramah sambil melambai.

Aku terburu-buru ke kantor ruang guru. Menaruh tas di meja lalu menuju ruang sholat. Minimal 4 empat rakaat, dhuha kali ini. Soalnya nanti jam kosong pada pukul 11.10 aku mau ke bank mengadu nasib. Rakaat ke 3 terdengar pengeras suara, mengimbau guru untuk menuju lapangan upacara. Usai shalat aku melipat mukena kemudian cigin ke lapangan.

Selama upacara semua tertib. Pembahasan pembina tentang kejujuran siswa kepada ibu kantin dan kepada Allah. Bahwa ada siswa yang mengambil kue di kantin dan tak dibayar. Mereka mengambil 3 dan membayarnya cuma 1. Tentu ibu kantin akan merugi dengan ketakjujuran itu.

Usai upacara kamipun kembali ke ruang guru. Istirahat sejenak. Agak 5 menit sebelum ke kelas. Terdengar suara salah satu wakil kepala memanngil para pemuncak lomba minggu ini.  Banyak sekali. Lomba Solo Song, lomba PBB, dan lomba-lomba lain yang cukup mengalihkan topik guru dari laga Arema vs Persebaya yang menimbulkan pertumpahan darah akibat gas beracun atau gas air mata kata mereka.

Memangnya, gas beracun dan gas air mata sama? Waktu kami demo saat mahasiswa dulu ditembaki gas air mata juga tapi gak ada korban jiwa. Korban jiwa malah jatuh karena peluru nyasar pikirku. Ini kok gas air mata bikin korban tewas ratusan jiwa? Peluru nyasar mungkin.

Ah namanya cerita alias hota memang pelik. Bukan fakta tapi menarik juga untuk diperbincangkan mereka di sana. Sepuluh menit berlalu, satu demi satu masuk kelas. Kutatap tiga pasang bangku dan meja kosong. Satu anak sedang berjuang lomba Kata karate di Padang tingkat provinsi. 

Dua lagi belum jelas kabarnya DO atau skorsing akibat melanggar peraturan sekolah. Peraturan apa yang mereka langgar? Kata murid lain mereka heboh bikin konten di IG. Keren amat. Populer dong. Lorohku tak berguna. Kenapa sifat kepoku tak muncul, ya?

Oh, baru ingat, pesan salah satu orang tua kepadaku. " Buk Nana, Pak Mubasysyir seorang guru Pendidikan Jasmani di SMA Negeri 2, Sinjai Selatan, Sulawesi Selatan, ditahan polisi karena dituding telah melakukan penganiayaan terhadap siswanya. Dia dilaporkan orang tua siswa berinisial SA hanya gara-gara menggunting rambut SA yang bergaya punk."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline