Lihat ke Halaman Asli

Reyvan Maulid

Writing is my passion

Belajar Menjadi Pengendara yang "Decent on The Street"

Diperbarui: 7 Oktober 2021   10:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pengendara | Foto by GettyImages

Rasa-rasanya tidak akan ada habisnya jikalau kita berbicara soal keributan di jalan. Mulai dari alih fungsi jalan itu sendiri dari fungsi trotoar yang sejatinya digunakan khusus untuk pejalan kaki malah dibuat menjadi sebuah barak untuk tempat berjualan. 

Kemudian kasus kecelakaan lalu lintas yang menyeret pesohor terkenal negeri ini, dirampasnya hak pejalan kaki, jalur pesepeda di jalan raya hingga adu mulut yang memercikkan pertikaian di jalan berujung main hakim sendiri. 

Keributan di jalan memunculkan kegusaran pengguna jalan lain karena sebenarnya tidak perlu diperdebatkan terlalu rumit. 

Bukan karena masalah kendaraannya yang ditumpangi bersinggungan dengan kendaraan lain, tetapi karena reaksi individunya yang terkadang sulit untuk mengendalikan egonya dan lupa bahwa jalan itu ada untuk milik bersama. Sehingga terkesan egois menggunakan jalan seenaknya tanpa memperhatikan pengguna jalan lain.

Selama ini kita tahu sendiri kalau trotoar memang sejatinya difungsikan untuk pejalan kaki. Tetapi kenyataannya di lapang, acapkali mendapatkan fenomena pengendara motor yang tidak tertib memanfaatkan trotoar untuk bisa melenggang mulus sebagai jalan alternatif demi sampai ke tujuan. 

Biasanya hal seperti ini dimanfaatkan oleh pengendara motor seandainya terjadi macet di jam-jam rawan baik pulang kerja maupun berangkat kerja. 

Fenomena seperti ini justru mengganggu sekaligus membahayakan keselamatan pengguna jalan lainnya khususnya pejalan kaki. 

Kejadian nan meresahkan ini seakan-akan dinilai sebagai bentuk ketidakadilan terhadap pejalan kaki yang juga merupakan pengguna jalan. 

Pejalan kaki merasa bahwa pengendara motor “merebut” hak yang sepatutnya menjadi peruntukkannya. 

Selain dimanfaatkan sebagai salah satu jalan pintas alternatif, pengendara motor juga menggunakan trotoar sebagai tempat parkir dadakan. Melihat fenomena ini, terbersit bahwa pejalan kaki masih belum dihormati keberadaannya oleh pengguna jalan lainnya

Kejadian ini murni saya alami saat kuliah S1. Selama 4 tahun saya dedikasikan untuk berjalan kaki ke kampus sebagai bentuk penghematan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline