Lihat ke Halaman Asli

Rexzian Ananda Rahmadhan

University of Brawijaya

Pupuk Langka! Inovasi Dekomposisi Gulma Bisa Jadi Solusi

Diperbarui: 16 November 2022   18:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1: Rumput Kering, (sumber: https://pixabay.com/)

Dalam Gunawan (2022), mengungkapkan bahwa "Direktur PT Pupuk Indonesia (Persero), Achmad Bakir Pasaman, dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI pada Senin (19/09/2022), mengatakan, di Indonesia, pupuk yang tersedia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan para petani sebab pupuk yang disediakan oleh pemerintah hanya sepertiga dari kebutuhan. Kelangkaan pupuk ini semakin diperparah seiring perubahan kebijakan pupuk bersubsidi tahun 2022 berdasarkan Permentan nomor 10 dan Kepmentan nomor 5. Perubahan kebijakan pupuk bersubsidi ini dimulai dari perubahan penyiapan pasokan pupuk urea dan NPK pada alokasi terbaru, perubahan pada penyiapan mitigasi pengurangan jenis komoditas dan pupuk, hingga perubahan pada digitalisasi layanan penyaluran pupuk." Untuk menghadapi kelangkaan pupuk yang sedang melanda ini, muncul beberapa ciptaan inovasi pupuk terbarukan, yaitu inovasi pupuk kompos berbahan dasar gulma.

Dekomposisi adalah proses alami yang melibatkan bahan organik berukuran besar untuk dipecah menjadi molekul yang lebih sederhana (Sukmawati et al, 2022). Sedangkan menurut KBBI Daring (2016), gulma adalah tumbuhan yang termasuk bangsa rumput yang merupakan pengganggu bagi kehidupan tanaman utama; tumbuhan pengganggu. Dapat disimpulkan bahwa dekomposisi gulma merupakan suatu proses pencacahan gulma menjadi molekul organik yang berukuran lebih sederhana dibandingkan sebelumnya. Setelah melakukan proses pencacahan, gulma tersebut harus melalui fase fermentasi, dimana perlu adanya tambahan organisme hidup lain untuk mengkatalisis proses yang sedang terjadi.

Minggu (07/08/2022) di wilayah RT 01 RW 09, Banjardowo, Semarang, masih terdapat banyak lahan yang belum berfungsi. Lahan-lahan tersebut banyak ditumbuhi rumput-rumput liar. Siapa sangka? rumput liar tersebut ternyata dapat dijadikan pupuk penyubur tanaman dengan biaya minimum, juga alat dan bahan yang digunakannya pun mudah didapatkan. Warga RT 01 RW 09 Banjardowo telah melakukan inovasi dekomposisi gulma dengan memanfaatkan rumput liar yang tumbuh di sekitar lahan kosong mereka (Yunitaningrum, 2022). 

Dilansir dari kanal YouTube Bali Organik TV, Minggu (24/07/2020), pemilik akun YouTube tersebut membagikan langkah-langkah pembuatan pupuk kompos berbahan dasar rumput liar. Berikut ini cara pembuatannya:

1. Cari dan kumpulkan rumput-rumput liar;

2. Keringkan rumput liar selama 3-4 hari, pastikan rumput benar-benar mengering;

3. Cacah-cacah rumput yang telah mengering menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (tahap ini akan memudahkan proses dekomposisi sehingga nantinya proses ini tidak membutuhkan waktu yang lama);

4. Masukkan cacahan rumput liar ke dalam plastik;

5. Siapkan air di dalam ember sebanyak rumput yang akan digunakan;

6. Tuangkan dekomposer sebanyak 300 ml ke dalam ember yang telah berisi air. Larutan dekomposer ini dapat dibuat dari mol nasi basi yang telah memiliki bau setara dengan tape berbau manis. Jangan gunakan mol nasi basi yang memiliki aroma busuk karena dalam nasi itu akan mengandung mikroba patogen yang dapat merugikan;

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline