Lihat ke Halaman Asli

The Best Adventure: Generasi solutif pembawa perubahan negeri.

Diperbarui: 7 Desember 2018   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar terkait


Hari ini, hari pertama saya membagikan pengalaman saya menjadi seorang pemandu wisata di wilayah timur Indonesia. Pada hari itu, saya membawa 6 orang penumpang, dan 1 orang supir. Kami hiking ke sebuah hutan konservasi  yang berjarak kurang lebih 35 Km. Salah satu penumpang saya adalah seorang ahli biologi. Namanya adalah fred.  Ia terlihat sangat menikmati perjalanan ini. Ia juga menjelaskan beberapa jenis pohon yang terdapat di hutan ini.Tak kalah menarik dengan fred, ada satu keluarga yang sedang bersantai. Tujuan mereka berlibur ke sini, tidak lain hanya untuk terapi asma anak mereka. Lukman, Prita dan Kevin adalah nama mereka. Lukman terlihat seperti orang yang tegap, cerdas dan percaya diri. Prita, seorang ibu yang sangat sibuk menjaga anaknya agar tetap sehat. Sedangkan Kevin, ia seorang anak yang ceria, tetapi dibalik keceriannya itu menyimpan penyakit yang cukup parah.Saat saya sedang menjelaskan wisata-wisata yang ada disini, ada seorang remaja yang sibuk mengambil gambar menggunakan kamera miliknya. Ia terlihat seperti anak yang manja. Lain halnya dengan Anggi, kanaya, orang berada disebelah Anggi tersebut terlihat biasa saja . Ia menikmati perjalanan, tetapi terlihat murung.

"Naik-naik kepuncak gunung, tinggi-tinggi sekali." suara kevin bernyanyi.

"Lihatlah disekeliling anda, hewan-hewan langka mulai berdatangan, kicauan burung mulai terdengar, suara monyet-monyet mulai berdatangan."

"Alangkah indah duniamu ini tuhan. Terima kasih, engkau telah memberikan kami nikmat alam seperti ini."

Setelah selesai berkeliling hutan,kami pulang pada pukul 5 sore. Tiba-tiba ditengah perjalanan, minibus kami mogok. Semua orang terlihat cemas, karena jarak penginapan masih 35 Km lagi. Saat itu ,jam menunjukkan pukul 17.30. Kami belum keluar dari hutan. Kami bingung mau kemana, jarak desa terdekat pun masih 6 Km lagi.

Karena bingung mau melakukan apa, akhirnya saya menelpon teman saya yang ada dikota. 

"Prita, bolehkah aku memakai ponselmu, baterai ponselku sudah habis."

"Baiklah, pakailah saja."

Dengan baterai ponsel seadanya, akhirnya ada yang menyanggupi permintaan saya. Mereka bilang akan sampai dalam 2 jam 15 menit. Tetapi mobil yang digunakan hanya bisa membawa 4 orang penumpang saja. Lalu saya juga menelepon penjaga hutan. Penjaga hanya punya 1 motor, dan hanya dapat membawa satu penumpang. Alhasil, saya memberitahu penumpang kalau hanya ada satu orang yang bisa pergi.

Untuk mengurangi rasa cemas, kami bercerita mengenai pengalaman kami. Kami tertawa terbahak-bahak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline