Lihat ke Halaman Asli

Reni Soengkunie

Tukang baca buku. Tukang nonton film. Tukang review

Memiliki Sahabat Pena di Masa Lalu Merupakan Sebuah Kemewahan

Diperbarui: 15 September 2020   21:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pribadi

Dulu saat POS Indonesia masih dalam puncak kejayaannya dan internet belum terkoneksi dengan kehidupan generasi muda, maka berkirim surat merupakan sebuah pilihan paling mutakhir untuk berkomunikasi jarak jauh.

Meski dulu telepon umum sudah ada, tapi tidak semua orang memiliki telepon di rumahnya. Sehingga surat menyurat masih menjadi andalan masyarakat.

Walaupun kita tahu kelemahan berkabar dengan surat itu tentu tidak seakurat saat kita bertelepon. Karena bisa jadi kita memberi kabar hari ini, lantas si penerima akan mendapatkan kabar tersebut bisa tiga hari atau seminggu kemudian.

Kalau kabarnya tidak penting dan mendesak mungkin tak masalah ya, tapi kalau info yang dikabarkan tersebut penting tentu bakal menjadi cerita basi sebelum sampai ke tujuan.

Jika anak muda zaman sekarang berhubungan satu sama lain menggunakan aplikasi chat untuk berbincang, maka di zaman dulu anak mudanya berhubungan menggunakan surat. 

Meski sebenarnya pemborosan kertas, namun pada kenyataannya orang jadi rajin menulis dengan tangan. Sehingga kita bisa tahu tulisan tangan seseorang tersebut dan sudah pasti hal ini tak bisa dilakukan dengan cara copy-paste.

Generasi terdahulu pasti tahu yang namanya sahabat pena. Meski namanya sahabat pena tapi bukan berarti kita bersahabat dengan pena loh ya!

Sahabat pena yang dimaksud di sini adalah sebuah persahabatan yang dijalin lewat tulisan pena. Biasanya orang mendapatkan alamat sahabat pena tersebut dari sebuah majalah atau tabloid.

Di sana akan ada orang yang menulis biodata dan alamat lengkapnya, sehingga kita bisa mengirimi mereka sebuah surat untuk kenalan lebih jauh lagi serta bertukar cerita layaknya sahabat di dunia nyata.

Saya sendiri punya satu sahabat pena saat masih duduk di bangku SMP dulu. Sahabat pena saya kebetulan seorang lelaki yang usianya sama dengan saya. Sebenarnya alasan utama saya memilih untuk mengirimkan surat itu bukan karena dia lelaki, tapi saya tertarik dengan daerah asal sahabat pena saya ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline