Lihat ke Halaman Asli

Rendi Septian

Founder Bimbel The Simbi

Rumah

Diperbarui: 3 Juli 2022   14:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Beep... beep...." Bunyi notif di HP ku berdering.

Manajer karaoke mempersilahkanku dan Rama, teman duetku untuk keluar ruangan karena sebentar lagi akan tutup. Dalam ruangan itu juga ada Silvi yang biasa memandu lagu. Setelah kami bertiga sampai di parkiran depan, sinyal HP ku menerima beberapa panggilan telepon, pesan WhatsApp, yang salah satunya dari istriku. 10 panggilan telepon tak terjawab, 1.053 pesan WhatsApp grup dan ratusan notif medsos lainnya.

Pertama, kubuka pesan dari istriku.

"Pap, pulang jam berapa ? kalo masih lama, aku buatkan makan malam. Kalo udah di jalan, biar aku pesan delivery order aja ya?"

Istriku mengirim pesan sejak 5 jam yang lalu, pukul 20.00 WIB. Jarum jam di tanganku menunjukan pukul 01.00 WIB.

Meskipun telah berlalu waktu yang lama, aku tetap sempatkan membalas chatnya, dan meskipun aku tahu dia sudah tertidur.

"Maaf, Aku baru aja keluar, tadi HP ku off. Ga usah masak aku udah makan Say"

Dan benar saja, WhatsAppnya sedang tidak aktif. Hanya centang satu kelabu yang muncul.

Ditengah diriku sedang sibuk mengecek HP, memeriksa notif di grup, belum lagi e-mail dari beberapa kolega yang masuk, suara pemandu lagu membuyarkan perhatianku. Ia mengucapkan terimakasih untuk malam ini dan seperti malam-malam yang lalu, kusertakan tip untuknya.

Tidak seperti PL yang lain, Silvi berpenampilan lebih anggun dan sopan. Ia betul-betul memandu lagu dengan baik. Karakter suaranya yang sensual mampu menghilangkan rasa bosan, bahkan kantuk sekalipun. Ya, kau taulah kawan, se-sopan-sopannya pemandu lagu, mana ada yang menggunakan Jilbab, seperti wanita yang menjadi istriku sekarang,

Tetap saja bentuk tubuhya terlihat, meski tidak menggunakan rok mini seperti kebanyakkan PL, Silvi lebih memilih menggunakan celana panjang dan atasan yang panjang juga dengan rambut terurai hingga menutupi telinga. Dan sebaik-baiknya Silvi tetap saja aku mencoba beberapa kali menghindari dari kerlingannya, tatapannya juga senyumannya. Beruntung, kemanapun aku pergi, cincin pernikahan tetap melekat di jari manisku. Inilah setidaknya yang akan selalu mengingatkanku pada istriku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline